SINGAPURA. Hari ini (2/7), peso Filipina dan rupiah Indonesia memimpin penguatan pada pergerakan mata uang Asia. Rupanya, kemajuan pada hasil pertemuan pimpinan Eropa kembali memicu peningkatan permintaan saham di bursa regional. Hal ini yang kemudian menyebabkan mata uang Asia perkasa. Pada pukul 11.07 waktu Manila, peso Filipina menguat 0.4% menjadi 41.987 per dollar AS. Hal senada juga terjadi pada rupiah Indonesia yang perkasa 0,4% menjadi 9.398. Penguatan juga terjadi pada baht Thailand sebesar 0,3% menjadi 31,64 dan dollar Taiwan menguat 0,2% menjadi NT$ 29,849. Sedangkan di negara Asia lainnya, ringgit malaysia terapresiasi 0,1% menjadi 3,1658 dan dong Vietnam tak banyak mencatatkan perubahan di posisi 20.875. "Pelaku pasar bereaksi positif terhadap kabar baik dari pertemuan Eropa. Namun masih tetap ada kecemasan mengenai perlambatan pertumbuhan global," jelas Nizam Idris, head of Asian fixed income and currencies Macquarie Bank Ltd di Singapura. Sekadar informasi, sepanjang kuartal II lalu, mayoritas mata uang Asia keok terhadap dollar AS. Salah satu penyebabnya yaitu krisis finansial Eropa memangkas permintaan ekspor regional dan meningkatkan kecemasan mengenai perlambatan ekonomi global. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Dana asing mengalir ke saham, mata uang Asia kuat
SINGAPURA. Hari ini (2/7), peso Filipina dan rupiah Indonesia memimpin penguatan pada pergerakan mata uang Asia. Rupanya, kemajuan pada hasil pertemuan pimpinan Eropa kembali memicu peningkatan permintaan saham di bursa regional. Hal ini yang kemudian menyebabkan mata uang Asia perkasa. Pada pukul 11.07 waktu Manila, peso Filipina menguat 0.4% menjadi 41.987 per dollar AS. Hal senada juga terjadi pada rupiah Indonesia yang perkasa 0,4% menjadi 9.398. Penguatan juga terjadi pada baht Thailand sebesar 0,3% menjadi 31,64 dan dollar Taiwan menguat 0,2% menjadi NT$ 29,849. Sedangkan di negara Asia lainnya, ringgit malaysia terapresiasi 0,1% menjadi 3,1658 dan dong Vietnam tak banyak mencatatkan perubahan di posisi 20.875. "Pelaku pasar bereaksi positif terhadap kabar baik dari pertemuan Eropa. Namun masih tetap ada kecemasan mengenai perlambatan pertumbuhan global," jelas Nizam Idris, head of Asian fixed income and currencies Macquarie Bank Ltd di Singapura. Sekadar informasi, sepanjang kuartal II lalu, mayoritas mata uang Asia keok terhadap dollar AS. Salah satu penyebabnya yaitu krisis finansial Eropa memangkas permintaan ekspor regional dan meningkatkan kecemasan mengenai perlambatan ekonomi global. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News