KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana asing di surat berharga negara (SBN) pada tanggal 28 April mencapai Rp 961,34 triliun atau secara persentase masih berada di angka 22,81%. Angka persentase dana asing ini masih jauh dibandingkan dengan level pra pandemi yang rata-rata berada di angka 38%. Head of Fixed Income Trimegah Asset Management Darma Yudha mengatakan bahwa outflow yang terjadi pada pandemi lalu hampir 170 triliun. Untuk inflow, ia melihat bahwa pelan-pelan sudah kembali masuk, karena itu terlihat di bulan Januari, yang mana sudah ada inflow, karena yield Indonesia yang masih menarik, serta pengelolaan fiskal yang baik, ditambah dengan kasus Covid-19 di Indonesia yang relatif masih cukup rendah.
Walaupun sempat terjadi outflow di akhir Januari sampai Maret, dikarenakan yiedl US Treasury (UST) AS tenor 10 tahun yang naik, sehingga outflow terjadi ke develop market, karena disinyalir inflasi dari AS, dan pemulihan ekonomi di AS lebih cepat, sehingga yield UST tenor 10 tahun naik ke level 1,7%. Selain itu, menurutnya untuk risk off ia melihat masih terjadi, karena akhir-akhir ini India sedang meledak dari kasus Covid-19 hariannya. “Tapi kalau saya lihat untuk balik lagi inflow ke Indonesia, it’s a matter of time, karena memang spread kita terhadap inflasi terhadap US Treasury itu masih paling tinggi,” kata Darma kepada Kontan, Jumat (30/4). Baca Juga: IHSG bulan Mei diproyeksi melemah, saham-saham ini bisa dilirik Ia juga melihat bahwa adanya kenaikan dari jumlah penawaran pada lelang surat utang negara (SUN) sebelumnya, yang mana penawaran dari asing ada peningkatan. Sehingga, menurutnya apabila vaksinasi di Indonesia lebih cepat lagi, akan mempercepat pemulihan ekonomi, dan asing akan masuk ke Indonesia lebih cepat. “Secara fiskal, budget defisit paling rendah, Inflasi relatif rendah, spread ust paling tinggi, dan proses vaksinasi Indonesia sudah baik,” tambah Darma.