KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aliran dana modal asing terpantau meninggalkan pasar keuangan domestik dalam sepekan terakhir. Menurut data Bloomberg, terjadi
net sell atau jual bersih asing di seluruh pasar total Rp 3,07 triliun dalam empat hari perdagangan sejak 27 Juli-1 Agustus 2023. Hari ini terjadi
net buy Rp 5,1 triliun karena pengalihan saham PT Nusantara Sejahtera Raya Tbk (
CNMA) di pasar negosiasi. Sedangkan di pasar reguler terjadi jual bersih asing. Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas Martha Christina mengatakan, investor asing melakukan
net sell karena tengah merealisasikan keuntungan. Apalagi, dengan level IHSG yang sudah menyentuh level 6900 dan menguat di sepanjang bulan Juli.
“Hasil kinerja keuangan perusahaan yang
mixed menjadi salah satu alasan asing melakukan
profit taking,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (2/8).
Baca Juga: Wall Street Terjun Setelah Fitch Rating Menggunting Peringkat Utang AS Menurut Martha, dana asing yang mengalir ke luar negeri belum memiliki korelasi erat dengan Fitch yang menurunkan peringkat utang AS dari AAA jadi AA+. Jika memang terjadi perpindahan, Martha melihat, perpindahan dana hanya dari instrumen yang berisiko seperti saham, ke instrumen yang risiko rendah seperti obligasi. Sementara, aliran dana yang keluar dari pasar domestik itu diperkirakan akan kembali ke AS atau ke negara-negara dengan pertumbuhan lebih tinggi, seperti India atau China.
Baca Juga: IHSG Melemah ke 6.854 Saat Ada Net Buy Asing Rp 5,1 Triliun, Begini Ceritanya Martha juga melihat bahwa agak sulit untuk memproyeksikan kapan tren
net foreign sell ini akan berakhir. Sebab, ada beberapa faktor lain yang juga menentukan masuk atau keluarnya aliran dana asing. “Namun, dengan nilai rupiah yang cukup stabil, diperkirakan dana asing akan tetap berada di Indonesia,” paparnya. Selama sepekan terakhir,
BBNI,
BBCA,
TLKM,
UNVR, dan
SIDO tercatat menjadi saham yang dijual asing paling tinggi.
Net foreign sell BBNI mencapai Rp 794,6 miliar, BBCA Rp 683,8 miliar, TLKM Rp 526,6 miliar, UNVR Rp 150,4 miliar, dan SIDO Rp 118,9 miliar. Menurut Martha, hal itu disebabkan oleh kinerja yang turun secara kuartalan. “Sentimen itu berlaku kecuali untuk BBCA yang kinerja kuartalannya tetap bertumbuh di
bottom line, sementara di
top line turun tipis,” papar dia.
Baca Juga: Kembali Ditutup di Zona Merah, Ini Proyeksi IHSG Untuk Perdagangan Kamis (3/8) Secara umum, jumlah hari kerja juga lebih sedikit di periode bulan April–Juni 2023, akibat adanya Hari Raya Idul Fitri. Hal itu membuat kinerja para emiten tersebut menurun secara kuartalan. Dari kelima emiten tersebut, BBCA dinilai Martha layak untuk ditadah. Martha merekomendasikan beli untuk BBCA dengan target harga Rp 10.100 per saham.
Martha mengatakan, IHSG berpotensi menguat di semester II 2023, salah satu sentimennya adalah masuknya kembali aliran dana investor asing. Lalu, optimisme perbaikan ekonomi China menaikkan harapan peningkatan harga komoditas di semester 2. Sementara, sektor pilihan asing nantinya kemungkinan besar ada di sektor perbankan dan otomotif. Di luar dari emiten dengan
net foreign sell tinggi, Martha merekomendasikan untuk membeli ASII dengan target harga Rp 7.500 per saham, BMRI Rp 6.300 per saham, EXCL Rp 2.300 per saham, dan AMRT Rp 3.200 per saham. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati