JAKARTA. Kekhawatiran perbankan akan likuiditas ketat tidak terbukti. Kini perbankan masih memiliki likuiditas berlebih yang di parkir di bank luar negeri dalam bentuk rekening nostro.Dalam Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal I-2013, tercatat aset swasta yang disimpan di luar negeri mencapai US$ 6,78 miliar. Sebanyak US$ 6,46 miliar adalah simpanan bank domestik. Penumpukan ini merupakan salah satu penyebab membengkaknya defisit NPI.Salah satu bank yang menyimpan dana di rekening nostro adalah Bank Mandiri. Bank pelat merah ini menyimpan 70% - 80% ekses likuiditas valasnya di negeri orang dan sisanya disimpan dalam negeri. Saat ini ekses likuiditas valas bank BUMN ini mencapai US$ 1 miliar.Managing Director Tresury, Financial Institution and Special Asset Management Bank Mandiri, Royke Tumilaar, mengatakan ada dua hal yang menyebabkan Mandiri menyimpan dana di luar negeri. Pertama, kegiatan ekspor-impor. Dana valas perlu disimpan di luar negeri untuk mengantisipasi munculnya kebutuhan valas nasabah eksportir yang sedang melakukan kegiatan operasional di luar negeri.Kedua, tidak adanya instrumen penempatan valas yang memadai. Instrumen valas yang ada saat ini dianggap belum memadai, karena produknya belum banyak dan bunga tidak bersaing dengan penempatan di luar negeri. Bank domestik menginginkan bunga yang diberikan bersaing. Tujuannya agar bank mampu mendapatkan laba memadai dalam operasional dan pemutaran dana.Tak perlu galauSaat ini, instrumen penempatan valas dalam negeri hanya term deposit (TD) valas, pasar uang antarbank (PUAB) dan global bond. "Kami menyarankan BI menambah instrumen overnight untuk kegiatan operasional kami," ujarnya pekan lalu. Kepala Tresuri Bank Central Asia (BCA), Branko Windoe, juga mengungkapkan hal sama. BCA memiliki rekening nostro juga untuk mempermudah perputaran dana valas dalam kegiatan ekspor impor. Sayang, Branco tidak bersedia menyebutkan berapa besar likuiditas valas BCA. Namun yang pasti, "Mayoritas menyimpan dana valas di luar negeri," ucapnya.Bank Tabungan Negara (BTN) menempuh cara yang berbeda. Bank spesialis kredit pemilikan rumah (KPR) ini mengelola sebagian devisa di dalam negeri. Saat ini ekses likuiditas valas BTN hanya 2% dari total dana pihak ketiga (DPK). "Ekses likuiditas hanya kami tempatkan di antar bank," ujar Direktur Keuangan dan Tresuri BTN, Saut PardedeDalam laporan tersebut BI mengklaim, besarnya simpanan bank lokal di luar negeri karena BI mengambilalih peran bank domestik dalam menyediakan sebagian besar kebutuhan valas. "Tak perlu dirisaukan, ekses likuiditas valas di bank bisa dikategorikan sebagai cadangan devisa," ujar Direktur Departemen Statistik Ekonomi Moneter BI, Doddy Zulverdi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Dana Bank Menumpuk di Luar Negeri
JAKARTA. Kekhawatiran perbankan akan likuiditas ketat tidak terbukti. Kini perbankan masih memiliki likuiditas berlebih yang di parkir di bank luar negeri dalam bentuk rekening nostro.Dalam Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) kuartal I-2013, tercatat aset swasta yang disimpan di luar negeri mencapai US$ 6,78 miliar. Sebanyak US$ 6,46 miliar adalah simpanan bank domestik. Penumpukan ini merupakan salah satu penyebab membengkaknya defisit NPI.Salah satu bank yang menyimpan dana di rekening nostro adalah Bank Mandiri. Bank pelat merah ini menyimpan 70% - 80% ekses likuiditas valasnya di negeri orang dan sisanya disimpan dalam negeri. Saat ini ekses likuiditas valas bank BUMN ini mencapai US$ 1 miliar.Managing Director Tresury, Financial Institution and Special Asset Management Bank Mandiri, Royke Tumilaar, mengatakan ada dua hal yang menyebabkan Mandiri menyimpan dana di luar negeri. Pertama, kegiatan ekspor-impor. Dana valas perlu disimpan di luar negeri untuk mengantisipasi munculnya kebutuhan valas nasabah eksportir yang sedang melakukan kegiatan operasional di luar negeri.Kedua, tidak adanya instrumen penempatan valas yang memadai. Instrumen valas yang ada saat ini dianggap belum memadai, karena produknya belum banyak dan bunga tidak bersaing dengan penempatan di luar negeri. Bank domestik menginginkan bunga yang diberikan bersaing. Tujuannya agar bank mampu mendapatkan laba memadai dalam operasional dan pemutaran dana.Tak perlu galauSaat ini, instrumen penempatan valas dalam negeri hanya term deposit (TD) valas, pasar uang antarbank (PUAB) dan global bond. "Kami menyarankan BI menambah instrumen overnight untuk kegiatan operasional kami," ujarnya pekan lalu. Kepala Tresuri Bank Central Asia (BCA), Branko Windoe, juga mengungkapkan hal sama. BCA memiliki rekening nostro juga untuk mempermudah perputaran dana valas dalam kegiatan ekspor impor. Sayang, Branco tidak bersedia menyebutkan berapa besar likuiditas valas BCA. Namun yang pasti, "Mayoritas menyimpan dana valas di luar negeri," ucapnya.Bank Tabungan Negara (BTN) menempuh cara yang berbeda. Bank spesialis kredit pemilikan rumah (KPR) ini mengelola sebagian devisa di dalam negeri. Saat ini ekses likuiditas valas BTN hanya 2% dari total dana pihak ketiga (DPK). "Ekses likuiditas hanya kami tempatkan di antar bank," ujar Direktur Keuangan dan Tresuri BTN, Saut PardedeDalam laporan tersebut BI mengklaim, besarnya simpanan bank lokal di luar negeri karena BI mengambilalih peran bank domestik dalam menyediakan sebagian besar kebutuhan valas. "Tak perlu dirisaukan, ekses likuiditas valas di bank bisa dikategorikan sebagai cadangan devisa," ujar Direktur Departemen Statistik Ekonomi Moneter BI, Doddy Zulverdi.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News