Dana di surat berharga BRI, BNI, dan OCBC NISP masih tumbuh



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penempatan dana bank di surat berharga masih bertumbuh. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan dana bank di surat berharga tumbuh 1,79% year on year (yoy) per September 2018. Posisi yang sama tahun lalu hanya Rp 982,33 triliun.

Ambil contoh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang mencatatkan penempatan dana di surat berharga sebesar 14% dari total aset bank pada September 2018.Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo bilang nilai ini setara dengan Rp 151 triliun.

Sedangkan pada kuartal ketiga 2017 silam, total penempatan dana bank di surat berharga mencapai 15% dari total aset bank setara Rp 134 triliun. Artinya pertumbuhan dana BRI di surat berharga tumbuh 12,68% year on year (yoy).


Haru menyatakan bank dengan sandi saham BBRI ini lebih mengutamakan menggunakan dana untuk penyaluran kredit. "Surat berharga bersifat penopang saja. Dana pihak ketiga sudah mencukupi," ujar Haru kepada Kontan.co.id pada Senin (19/11).

Begitupun dengan PT Bank Negara Indonesia Tbk yang akan memfokuskan dana pada penyaluran kredit. Rico Rizal Budidarmo, Direktur Bisnis Tresuri dan Internasional BNI bilang pengelolaan surat berharga akan dilakukan secara prudent untuk mendukung ekspansi kredit sebagai bisnis utama.

"Pengelolaan surat berharga memperhatikan kondisi likuiditas dan kondisi pasar global dan domestik. Begitu pun ekspansi pada surat berharga di tahun depan lebih bersifat penempatan sementara sebelum digunakan untuk ekspansi kredit," ujar Rico kepada Kontan.co.id

Meskti tidak merinci besaran dananya, Rico menyebut hingga kuartal 3-2018, penempatan dana pada surat berharga BNI masih tumbuh sebesar 13% yoy. Pertumbuhan ini diperkirakan masih stabil hingga akhir tahun. RIco menuturkan mayoritas portofolio bank dengan sandi BBNI ini merupakan obligasi pemerintah.

Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk Parwati Surjaudaja menyatakan hingga September 2018, peningkatan surat berharga bank tumbuh sebesar 7% yoy.

Hal ini lantaran likuiditas yang cenderung masih agak ketat. Hingga akhir tahun, bank dengan sandi saham NISP ini memproyeksikan akan terjadi peningkatan sedikit pada surat berharga karena kondisi likuiditas perbankan yang diharapkan akan membaik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto