Dana Ekuitas Prima bidik return 25%



JAKARTA. Tren perbaikan ekonomi dimanfaatkan manajer investasi untuk memperbesar porsi saham sebagai aset dasar reksadana saham. Seperti yang dilakukan PT Bahana TCW Investment Management pada produkĀ  Dana Ekuitas Prima. Chief Economist dan Direktur Investor Relation Bahana TCW Investment Management, Budi Hikmat bilang, reksadana yang terbit 13 Februari 2006 ini mengusung strategi memaksimalkan alokasi saham sejak akhir 2013. Sebab, ekonomi mulai menunjukkan tanda pemulihanĀ  dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi naik. "Kami mulai melakukan alokasi full di saham," ujarnya.Hingga 21 Februari 2014, produk ini menempatkan alokasi aset hingga 98% dalam saham. Kata Budi, portofolio Dana Ekuitas Prima dimasukkan ke saham-saham berkapitalisasi besar. Harga saham tersebut diyakini naik seiring masuknya asing ke pasar modal. Dengan demikian, reksadana ini bisa ikut menikmati keuntungan atau capital gain dari kenaikan harga saham.Hasilnya, data Infovesta Utama mencatat, Dana Ekuitas Prima memberikan return 13,65% year to date hingga akhir Februari 2014. Return itu mengalahkan kenaikan IHSG pada periode yang sama, yakni 8,1%.Kata Budi, Bahana akan mengubah strategi investasi setelah kondisi ekonomi stabil. Perusahaan akan menurunkan saham-saham pilihan dari yang semula berkapitalisasi besar menjadi saham-saham berkapitalisasi menengah. Untuk sektor saham, masih akan fokus ke saham sektor infrastruktur dan perbankan.Budi menargetkan, produk ini memberikan return 25%-26% tahun ini. Asumsi tersebut mempertimbangkan IHSG akan naik 20% ke level 5.200 pada akhir tahun. Investor ritel bisa masuk ke produk ini dengan merogoh kocek minimal Rp 300.000. Untuk pembelian dan penjualan kembali tidak dikenakan biaya. Untuk biaya pengelolaan investasi dikenakan maksimal 2%. Analis Infovesta Utama, Viliawati melihat, return produk ini ditopang saham perbankan. "Perbankan menjadi salah satu sektor berkinerja tinggi," katanya.Tapi, dia memperkirakan, sektor perbankan cenderung melambat pada semester I akibat suku bunga masih tinggi. Namun, memasuki semester II, sektor ini berpotensi membaik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Dupla Kartini