KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) ditutup melemah 0,01% ke level 6.647,06 pada perdagangan Rabu (12/1). Dalam sepekan IHSG tercatat terkoreksi sebesar 0,23%. Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio mengatakan, sejumlah faktor yang membuat IHSG terkoreksi di awal tahun 2022 ini seperti kebijakan tentang tapering, proyeksi kenaikan bunga the Fed, dan kasus Omicron yang tinggi di sejumlah negara. Menurut dia, katalis tersebut membuat investor lokal cenderung untuk melakukan aksi jual di awal tahun ini. “Jadi walaupun ada inflow dari asing, IHSG masih terpantau stagnan,” ujar Frankie, Rabu (12/1).
Baca Juga: Wall Street Naik karena Data Inflasi Menenangkan Saraf Seputar Kenaikan Suku Bunga Sedang untuk January Effect, Frankie menilai efeknya tidak terlalu signifikan terhadap bursa, sama halnya dengan
window dressing dan efek
santa rally tahun lalu. Dia memandang bahwa memang IHSG pada posisi
flat semenjak
rally tinggi dari September ke November tahun lalu. “Kemungkinan besar banyak investor masih
wait and see terhadap perkembangan isu-isu global, juga perkembangan ekonomi Indonesia setidaknya di semester I ini,” tambah Frankie. Di tengah pelemahan IHSG, investor asing mahal terpantau mencatatkan beli bersih sebesar Rp 3,42 triliun dalam sepekan terakhir. Head of Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menuturkan, akumulasi oleh asing salah satu indikator bahwa mereka yakin akan prospek indeks ke depannya, didukung ketahanan ekonomi domestik di tengah ketidakpastian akibat Covid-19. “Potensi asing untuk terus masuk kembali ke pasar saham Indonesia tetap ada, seiring kebijakan suku bunga yang menyesuaikan ketika ada kenaikan dari The Fed dan didukung ekonomi stabil,” ungkap Sukarno.
Baca Juga: Masih Rawan Terkoreksi, Begini Proyeksi IHSG untuk Kamis (13/1) Berdasarkan data RTI, saham-saham yang banyak diburu oleh investor asing dalam sepekan terakhir meliputi PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA), kemudian ada saham PT Bank Jago Tbk (
ARTO), PT Telkom Indonesia Tbk (
TLKM), PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (
EMTK), dan saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (
BBNI). Selain itu, ada saham PT Indofood Sukses Makmur Tbk (
INDF) yang juga diminati oleh investor asing, selanjutnya ada saham PT Astra International Tbk (
ASII), saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (
PGAS), PT Bukit Asam Tbk (
PTBA), dan Bank Mandiri Tbk (
BMRI).
Sukarno melihat saham-saham tersebut banyak dibeli investor asing karena memang saham-saham tersebut tergolong
blue chip dan memiliki kinerja atau potensi yang bagus. Menurut Sukarno, investor lokal bisa mengikuti langkah investor asing untuk membeli saham tersebut. Dalam hitungan Sukarno, potensi kenaikan 5% sampai 10% untuk saham-saham tersebut. Sementara itu, ia belum dapat memberikan komentar terkait saham ARTO.
Baca Juga: Dana Asing ke Bursa Saham Tercatat Rp 3,42 Triliun dalam Sepekan Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati