Dana kelolaan Aberdeen susut 25%



JAKARTA. Dana kelolaan PT Aberdeen Asset Management di kuartal kedua tahun ini menciut 25% dibandingkan kuartal sebelumnya. Sampai Juni 2015, Aberdeen mengantongi dana kelolaan senilai Rp 1,5 triliun. Pada kuartal pertama tahun ini, jumlah dana kelolaan Aberdeen mencapai Rp 2 triliun.

Presiden Direktur PT Aberdeen Asset Management Sigit Pratama Wiryadi bilang, dana kelolaan turun karena terdapat reksadana terproteksi yang jatuh tempo. Penyumbang dana kelolaan terbesar masih berasal dari reksadana pendapatan tetap. "Porsinya sekitar 70% sampai 80% dari total dana keloaan," kata Sigit, Kamis (27/8).

Asal tahu saja, PT Aberdeen Asset Management mewarisi enam produk reksadana besutan PT NISP Asset Management. Tiga diantaranya adalah produk reksadana tetap. Lalu, perusahaan yang induknya bermarkas besar di London ini mempunyai reksadana saham dan campuran masing-masing satu produk.


Satu lagi produk Aberdeen adalah reksadana pasar uang yang bernama Aberdeen Indonesia Money Market Fund. "Kami ingin fokus pada reksadana yang sudah ada. Namun jika otoritas melakukan relaksasi terhadap produk syariah, kami akan pikirkan untuk masuk ke syariah," kata Sigit.

Dalam mengelola portofolio investasi, Sigit berujar, Aberdeen mengacu kepada kinerja perusahaan ketimbang situasi kondisi makro ekonomi secara umum. Tapi, Aberdeen juga berhati-hati menyeleksi portofolio investasi. Ada tiga tahapan sebelum Aberdeen yakin mengoleksi saham perusahaan tertentu.

Pertama, menyortir seluruh emiten yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi antara 60 hingga 80 perusahaan. Selanjutnya, dari jumlah tersebut di pilah lagi menjadi 30 emiten-35 emiten yang harganya dianggap murah.

Setelah itu, Aberdeen bakal mengevaluasi emiten secara berkala dengan mengunjungi rapat umum pemegang saham. Tujuannya untuk mengetahui rencana bisnis perusahaan ke depan. "Rata-rata kepemilikan saham kami di suatu perusahaan itu sudah lebih dari sepuluh tahun. Kami selalu jangka panjang," kata Sigit.

Saat ini, Aberdeen mengoleksi 10 saham perusahaan diantaranya adalah Bank Permata, Sepatu Bata, Unilever Indonesia, Bank OCBC NISP dan Mandom Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie