KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana kelolaan atawa
assets under management (AUM) industri reksadana kembali naik. Membaiknya kinerja di pasar saham dan pasar obligasi menjadi sentimen utama yang membuat AUM melesat di bulan Agustus 2021. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, AUM industri reksadana hingga Agustus 2021 mencapai Rp 542,54 triliun. Artinya, terjadi kenaikan sekitar Rp 4,07 triliun dibandingkan dengan AUM di Juli 2021 yang tercatat sebesar Rp 538,47 triliun.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, AUM industri reksadana meningkat karena kinerja pasar saham dan obligasi juga menguat selama Agustus. Sentimen positif di pasar saham adalah jumlah kasus Covid-19 di dalam negeri yang terus menurun dan distribusi vaksin berjalan lancar.
Sedangkan, harga obligasi terangkat naik setelah pemerintah dan Bank Indonesia melakukan
burden sharing. "Jadi kinerja pasar saham dan obligasi sama-sama mengalami peningkatan, jadi wajar dana kelolaan cenderung naik juga," kata Wawan, Rabu (8/9).
Baca Juga: Bagi investor institusi, daya tarik reksadana terproteksi berkurang Reksadana saham indeks menjadi reksadana yang mengalami kenaikan AUM tertinggi sebesar 7,67% mom menjadi Rp 8,14 triliun. Menyusul pertumbuhan AUM reksadana saham naik 5,38% mom menjadi Rp 127,52 triliun. Sementara itu, pertumbuhan AUM reksadana saham
exchange traded fund (ETF) juga naik 4,19% mom menjadi Rp 14,89 triliun di bulan Agustus 2021. Wawan mengatakan, kinerja reksadana berbasis saham memimpin pertumbuhan AUM tertinggi karena kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) juga naik 1,32% mom. Kenaikan kinerja IHSG disumbang dari kenaikan harga saham
bluechip yang juga mayoritas menjadi isi portofolio reksadana saham. Namun, AUM reksadana saham syariah
offshore turun 6,87% mom menjadi Rp 15,58 triliun. Penurunan tersebut jadi yang paling dalam diantara jenis reksadana lain. Wawan bilang, dana kelolaan reksadana saham syariah
offshore menurun karena investor sempat khawatir mengenai
tapering off Amerika Serikat (AS) yang juga menekan bursa saham global. Wawan juga mengamati terjadi penurunan unit penyertaan di reksadana global tersebut. AUM reksadana terproteksi juga menurun 5,27% mom menjadi Rp 93,73 triliun. Wawan menyebut, AUM reksadana terproteksi menurun karena produk reksadana terproteksi baru juga menurun dan terdapat pajak yang sama dengan pajak obligasi.
Baca Juga: STAR AM meluncurkan reksadana terproteksi dengan indikasi imbal hasil 8,1% Sementara, pertumbuhan AUM reksadana pendapatan tetap naik 1,01% mom menjadi Rp 149,20 triliun. Sedangkan, pertumbuhan AUM reksadana pasar uang naik 1,18% mom menjadi Rp 105,98 triliun. AUM reksadana campuran juga masih naik 0,27% menjadi Rp 25,19 triliun.
Wawan memproyeksikan, tren perkembangan AUM saat ini akan berlanjut hingga akhir tahun. Ia memproyeksikan AUM reksadana pendapatan tetap akan menjadi yang paling banyak, setelah itu AUM reksadana pasar uang. Dua reksadana tersebut jadi yang diincar investor karena merupakan instrumen investasi dengan risiko yang paling minim dan cocok dimiliki di tengah kondisi ekonomi yang masih tertekan dan penuh ketidakpastian. Alhasil, Wawan optimistis, kinerja dana kelolaan industri reksadana masih akan tumbuh kembali menembus Rp 550 triliun di akhir tahun ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari