KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Untuk pertama kalinya, dana kelolaan reksadana atau
asset under management (AUM) tembus Rp 500 triliun di Juli 2019. Hal ini diperkirakan bakal berlanjut hingga akhir tahun. Berdasarkan laporan bulanan Infovesta Utama, dana kelolaan reksadana mengalami kenaikan sebanyak Rp 32,76 triliun atau sekitar 6,64% menjadi Rp 525,82 triliun. Kenaikan terbesar berasal dari reksadana terproteksi sebanyak Rp 16,14 triliun menjadi Rp 139,72 triliun, disusul kenaikan DIRE dan KIK EBA sebanyak Rp 10,14 triliun menjadi Rp 17,35 triliun.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan, naiknya reksadana terproteksi dikarenakan pada awal tahun banyak produk reksadana terproteksi yang sudah jatuh tempo. Menurutnya, investor tengah menunggu hingga pemilu selesai untuk kembali berinvestasi. "Ditambah lagi, trens suku bunga yang dipersepsikan masih akan turun, dianggap lebih menguntungkan untuk investasi sekarang," jelas Wawan kepada Kontan, Senin (12/8). Sedangkan untuk kenaikan DIRE dan KIK EBA yang signifikan di Juli 2019 lebih dikarenakan masuknya DIRE jumbo dari Sinarmas sebanyak Rp 10,4 triliun. Dengnan ekspektasi suku bunga akan turun dan adanya rekonsiliasi politik, menurut Wawan telah mendorong investor untuk melakukan pembelian. Minat investor terbanyak tertuju pada reksadana terproteksi dan DIRE yang terbukti sepanjang Juli 2019 mencatatkan kenaikan paling tinggi. Dengan begitu, harapannya dana kelolaan di akhir tahun bisa mencapai Rp 540 triliun ditopang oleh kenaikan produk berbasis obligasi seperti terproteksi dan fixed income dan disusul reksadana saham. Di sisi lain, berdasarkan data Infovesta Utama Juli 2019 untuk jenis produk reksadana campuran dan ETF masing-masing mencatatkan penurunan sebanyak Rp 31 miliar dan Rp 38 triliun di bulan lalu. Wawan menjelaskan, walaupun Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sedikit positif di Juli 2019, namun masih terdapat beberapa saham yang terkoreksi. "Kalaupun reksadana saham naik, itu tertolong dengan
subscription. Sementara, untuk reksadana campuran dan ETF tidak terlalu besar," ujarnya.
Untuk prospek dana kelolaan di Agustus 2019, Wawan menilai masih akan mendapatkan tekanan dari isu perang dagang dan perlambatan ekonomi. Namun, umumnya saat indeks tertekan, investor reksadana justru jarang melakukan redeem dan lebih banyak subscribe. Adapun untuk prospek DIRE di Agustus, Wawan mengatakan belum melihat ada yang baru, sedangkan untuk reksadana terproteksi diyakini masih akan tumbuh. Sehingga, produk-produk unggulan yang diyakini masih akan tumbuh dan berpotensi mendorong kenaikan AUM di Agustus yakni fixed income dan reksadana terproteksi, serta reksadana pasar uang. Sedangkan untuk reksadana saham berpotensi turun jika pergerakan indeks negatif. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Yudho Winarto