Dana kelolaan Bahana tak terkikis



JAKARTA. Anjloknya pasar saham tak membuat dana kelolaan Bahana TCW Investment Management ikut menyusut. Dana kelolaan Bahana masih relatif stabil. Edward Lubis, Presiden Direktur Bahana TCW Investment Management bilang, penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) justru memicu investor masuk di reksadana pasar uang dan reksadana terproteksi.

"Subscription baru kurang lebih Rp 200 miliar -Rp 300 miliar pada kedua produk tersebut," kata dia kepada KONTAN, Jumat (4/9).

Edward mengatakan, posisi dana kelolaan Bahana per akhir Juli 2015 sebesar Rp 29,5 triliun. Jumlah ini tidak banyak berubah dari posisi akhir Juni 2015. Menurut dia, banyak investor masuk ke reksadana pasar uang maupun reksadana terproteksi untuk meminimalisir risiko.


Terlebih, ketidakpastian pasar masih sangat tinggi mengingat Bank Sentral AS (The Federal Reserve) masih maju mundur menaikkan bunga. "Jika kondisi pasar sudah lebih pasti, investor akan masuk ke saham lagi. Untuk saat ini, investor masih wait and see," ujar Edward.

Untuk meminimalisir risiko, Bahana sudah menyiapkan strategi. Yakni, dengan memperbesar posisi kas yang relatif aman dari guncangan. "Pada reksadana saham, misalnya, kami menambah porsi kas menjadi 15% hingga 20%. Biasanya kalau pasar sedang bullish, porsi kas hanya 5%," ungkap Edward.

Bahana juga memperbesar dana kelolaan pada reksadana pasar uang dan reksadana terproteksi. Edward mengatakan, dari total dana kelolaan Bahana saat ini, porsi reksadana pasar uang dan reksadana terproteksi masih dominan. Yakni masing-masing sekitar 32%-35%.

Porsi ini lebih tinggi dibandingkan saat pasar saham sedang bullish, yakni masing-masing sekitar 30%. Adapun, porsi reksadana saham hanya 25%. Porsi ini turun ketimbang saat pasar bullish yakni sebesar 35%-40%. Sementara porsi reksadana campuran di bawah 5% dari total dana kelolaan.

Sedangkan untuk sektor saham, Bahana memperbesar penempatan dana di saham sektor perbankan, infrastruktur, konsumer dan properti. Bahana melihat ada peluang menjelang pemilihan kepala daerah secara langsung. Pilkada akan menggerakkan perekonomian dan menumbuhkan daya beli, sehingga, sektor tersebut diperkirakan akan cukup prospektif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie