KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Dana kelolaan industri reksadana bertumbuh selama bulan Juni 2024. Tren positif dana kelolaan reksadana ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga bulan-bulan berikutnya. Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Juni 2024, Nilai Aktiva Bersih (NAB) ataupun dana kelolaan industri reksadana tercatat Rp 490,01 triliun dengan unit penyertaan sebanyak 379,04 miliar. Nilai ini bertumbuh daripada NAB bulan Mei sebesar Rp 485,78 triliun dengan unit penyertaan sebesar 377,16 miliar. Dana kelolaan reksadana bulan Juni melanjutkan tren positif yang meningkat pada bulan Mei 2024. Namun demikian, dana kelolaan di pertengahan tahun ini telah berkurang sekitar Rp 14 triliun daripada posisi Januari sebesar Rp 504,58 triliun.
CEO PT Pinnacle Persada Investama (Pinnacle Investment), Guntur Putra menyebutkan, bertumbuhnya dana kelolaan reksadana selama bulan Juni sejalan dengan penguatan aset dasar (underlying asset) seperti pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau menguat sekitar 1,33% Month on Month (MoM) ke level 7.063.577 di bulan Juni 2024. Kondisi pasar saham yang sempat terkoreksi di pertengahan Juni, kemungkinan menarik investor masuk ke pasar modal. Dan kondisi IHSG pun berbalik menguat alias rebound ke level 7.000 di akhir Juni 2024.
Baca Juga: Kinerja Reksadana Diproyeksi Menguat di Semester II-2024, Cermati Sentimennya Di samping itu, Guntur mengamati, adanya kenaikan total unit dengan
net subscription dari investor masuk ke reksadana. Alhasil, kombinasi antara penambahan unit penyertaan dan perubahan Nilai Aktva Bersih (NAB) telah memengaruhi peningkatan dana kelolaan. Bertumbuhnya dana kelolaan ataupun disebut Asset Under Management (AUM) reksadana juga dipengaruhi ekspektasi investor terhadap stabilitas ekonomi makro dan kinerja pasar modal yang positif, serta faktor geopolitik yang lebih kondusif ke depannya. “Optimisme pasar terhadap pemulihan ekonomi global pasca pandemi dan stabilitas politik di dalam negeri turut menjadi katalisator bagi peningkatan dana kelolaan disertai dengan kebijakan moneter yang akomodatif,” kata Guntur kepada Kontan.co.id, Sabtu (13/7). SVP, Head of Retail, Product Research & Distribution Division Henan Putihrai Asset Management (HPAM) Reza Fahmi Riawan turut melihat, AUM reksadana bulan lalu terdampak positif dari kinerja pasar saham. Tak hanya itu, minat investor pada reksadana pendapatan tetap juga meningkat karena suku bunga yang stabil dan prospek obligasi pemerintah yang menguat. Tren positif di pasar ekuitas dan surat utang ini berkaitan dengan kebijakan moneter yang lebih akomodatif dari Bank Indonesia (BI). Kebijakan quantitative easing (QE), pelonggaran rasio cadangan giro wajib minimum (GWM), kebijakan makroprudensial, dan usaha BI dalam menstabilisasi nilai tukar rupiah telah memberikan dorongan likuiditas tambahan ke pasar keuangan. “Arus masuk modal asing ke pasar Indonesia, baik ke saham maupun obligasi khususnya melalui sektor perbankan, turut memberikan dampak positif pada dana kelolaan reksadana,” tutur Reza kepada Kontan.co.id, Jumat (12/7). Selain itu, Reza menambahkan, tumbuhnya dana kelolaan reksadana dalam sebulan terakhir kemungkinan pula karena investor semakin banyak mendiversifikasikan portofolio dengan menambah alokasi pada reksadana sebagai upaya untuk mengelola risiko di tengah ketidakpastian ekonomi global. Menurut Guntur, dana kelolaan reksadana dapat kembali bertumbuh ke depannya seiring pernyataan dovish dari Federal Reserve (the Fed). Pernyataan yang mengindikasikan kebijakan moneter lebih longgar dapat menimbulkan optimisme pasar, sehingga dapat berdampak pula bagi peningkatan dana kelolaan reksadana. Beberapa faktor lain seperti kondisi ekonomi global dan domestik juga akan berperan penting bagi lebih banyak dana mengalir ke industri reksadana. Perkembangan positif dalam perekonomian global dan domestik akan meningkatkan kepercayaan investor. Guntur menilai, kondisi saat ini masih cocok untuk mengandalkan reksadana pasar uang dan reksadana obligasi. Kedua kelas aset reksadana tersebut masih difavoritkan untuk berkinerja ciamik di bulan Juli. Adapun reksadana pasar uang masih dibutuhkan investor karena menjadi instrumen yang cukup stabil di tengah ketidakpastian pasar. Reksadana pasar uang juga memiliki tingkat likuiditas tinggi dan risiko relatif lebih rendah.
Baca Juga: Banyak Instrumen Lain, Bagaimana Peluang Investasi Reksadana? Sementara, lanjut Guntur, reksadana pendapatan tetap bakal menarik karena tingkat suku bunga yang diperkirakan akan turun dan stabilitas pasar akan berdampak positif terhadap reksadana obligasi secara keseluruhan. Reza memaparkan, pernyataan dovish dari Federal Reserve yang mengindikasikan kemungkinan penurunan suku bunga lebih lanjut dapat meningkatkan optimisme pasar dan mendorong arus masuk ke reksadana. Selain itu, stabilitas pasar global dan sentimen positif dari pasar internasional dapat memberikan dorongan tambahan bagi dana kelolaan reksadana di Indonesia.
Dari domestik, pertumbuhan ekonomi yang kuat dan kebijakan fiskal yang mendukung dapat meningkatkan kepercayaan investor dan mendorong pertumbuhan dana kelolaan Adapun Reza memandang bahwa reksadana pendapatan tetap masih akan mencatat kinerja lebih baik pada bulan Juli. Sebab, penurunan suku bunga dan stabilitas pasar obligasi dapat menarik lebih banyak investor ke reksadana kelas aset obligasi ini. Dengan likuiditas yang cukup, maka reksadana pasar uang juga memiliki prospek yang baik untuk pertumbuhan. Sementara, reksadana saham perlahan terlihat memiliki prospek yang positif sejalan ekspektasi kenaikan IHSG. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat