Dana kelolaan industri reksadana kembali turun pada Maret 2021



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) industri reksadana kembali mengalami penurunan pada bulan Maret. 

Berdasarkan data dari Infovesta Utama, AUM industri reksadana tercatat turun dari Rp 589,58 triliun pada Februari 2021 menjadi Rp 584,76 triliun atau turun sebesar 0,82%. Dengan penurunan ini, maka AUM industri reksadana sudah terkoresi 5,67% sepanjang kuartal I-2021. Pasalnya, pada akhir tahun 2020, AUM industri reksadana masih sebesar Rp 553,40 triliun.

Infovesta Utama, dalam riset mingguannya yang dikeluarkan pada Senin (12/4) mengatakan, penurunan dana kelolaan seiring dengan turunnya jumlah Unit Penyertaan (UP) industri reksadana, yakni sebesar 0,12%.Berikut ini merupakan tabel pertumbuhan AUM dan Unit Penyertaan (UP) masing-masing jenis reksadana hingga Maret 2021:

Jenis Reksadana  AUM (%) (Rp triliun) UP (%) UP (juta)
Reksadana DIRE + KIK EBA 0,35 0,08 0,00 0,00
Reksadana Saham -0,11 -0,15 1,43 1.314,00
Reksadana Terproteksi -0,49 -0,70 -0,43 -572,47
Reksadana Pendapatan Tetap -0,63 -0,90 -0,04 -31,76
Reksadana Pasar Uang -2,04 -1,91 -2,56 -1.739,42
Reksadana Indeks -2,18 -0,22 2,24 237,39
Reksadana ETF -2,41 -0,37 1,12 226,25
Reksadana Campuran -2,54 -0,66 0,07 14,17

Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa industri reksa dana pada bulan Maret mencatatkan penurunan pada hampir seluruh jenis reksa dana kecuali untuk reksa dana jenis Dana Investasi Real Estate (DIRE) yang justru naik tipis sebesar 0,35% meskipun tidak didukung oleh penambahan unit penyertaan dari investor.

Baca Juga: IHSG tumbang 2% ke 5.948 pada perdagangan Senin (12/5)

Infovesta Utama, menyebut, penurunan AUM Industri ini sendiri tidak terlepas dari pelemahan kinerja underlying asset dari setiap jenis reksadana. Di mana dari pasar saham sendiri, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang bulan Maret mencatatkan imbal hasil negatif sebesar 5,57%. 

Dari pasar obligasi, Indeks obligasi pemerintah mengalami pelemahan melalui Infovesta Government Bond Index sebesar 0,21% sedangkan indeks obligasi korporasi masih menguat tipis sebesar 0,40% melalui Infovesta Corporate Bond Index.

“Namun di lain sisi, untuk reksadana berbasis saham (meliputi reksa dana saham, reksa dana indeks, dan reksa dana ETF) justru mengalami kenaikan UP yang menunjukkan bahwa investor mengambil posisi pada harga yang lebih murah. Sedangkan, untuk reksadana pasar uang justru mengalami penurunan unit penyertaan terbesar mencapai 2,56%,” tulis Infovesta Utama dalam laporannya.

Lebih lanjut, Infovesta utama melaporkan, fluktuasi baik di pasar saham maupun di pasar obligasi Indonesia masih dikhawatirkan berlanjut hingga kuartal II-2021.  Hal ini disebabkan karena masih belum ada kepastian kapan Covid-19 akan berakhir meskipun telah dilakukan vaksinasi di seluruh belahan dunia sehingga pemulihan ekonomi pun akan berbeda-beda di setiap negara. 

Dari pasar saham Indonesia, masih minim sentimen positif untuk mendorong kinerja IHSG di kuartal II-2021. Kendati demikian, investor menantikan rilis data laporan keuangan kuartal I-2021 yang berpotensi memberikan sentimen positif. 

Selain itu, untuk pasar obligasi, investor masih perlu memantau tren kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat yang menjadi momok bagi investor pasar obligasi karena berdampak terhadap penurunan harga obligasi secara keseluruhan. 

“Oleh karena itu, saat ini investor masih tetap perlu wait and see dan menantikan perbaikan sentimen dari dalam maupun luar negeri,” pungkas Infovesta Utama.

Selanjutnya: Pasar modal syariah domestik berkembang, jumlah investor tumbuh 647% dalam 5 tahun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Herlina Kartika Dewi