KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Membaiknya kondisi pasar keuangan Indonesia membuat dana kelolaan atau
Asset Under Management (AUM) industri reksadana meningkat pada November lalu. Berdasarkan data Infovesta Utama, nilai dana kelolaan industri reksadana tumbuh Rp 6,95 triliun sepanjang November menjadi Rp 475,41 triliun. Perlu diingat, jumlah tersebut tidak termasuk reksadana penyertaan terbatas dan reksadana berdenominasi dollar AS. Reksadana pendapatan tetap berhasil mencatatkan pertumbuhan dana kelolaan yang cukup signifikan sebesar Rp 3,62 triliun menjadi Rp 103,88 triliun pada bulan silam.
Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana menyatakan, kenaikan dana kelolaan reksadana pendapatan tetap sangat terbantu oleh meningkatnya harga Surat Utang Negara (SUN) sepanjang November kemarin. Alhasil, nilai aset reksadana tersebut menjadi bertambah. Peningkatan dana kelolaan reksadana pendapatan tetap juga sejalan dengan membaiknya kinerja reksadana tersebut. Bulan lalu, kinerja rata-rata reksadana pendapatan tetap di Infovesta Fixed Income Fund Index tumbuh 2,80% (mom). Peningkatan dana kelolaan di bulan kemarin juga dialami oleh reksadana pasar uang sebesar Rp 2,56 triliun menjadi Rp 50 triliun. Tumbuhnya dana kelolaan reksadana pasar uang didukung oleh naiknya suku bunga acuan Bank Indonesia menjadi 6%, sehingga berpotensi mendongkrak kembali suku bunga deposito di masa mendatang. “Investor juga masih banyak yang tertarik dengan reksadana pasar uang walau kondisi pasar saham dan obligasi mulai membaik,” tambah Wawan, Senin (10/12). Di sisi lain, dana kelolaan reksadana saham justru mengalami penurunan tipis sebesar Rp 0,79 triliun menjadi Rp 142,14 triliun sepanjang November. Menurut Wawan, penurunan dana kelolaan reksadana tersebut lebih dikarenakan aksi ambil untung oleh para investor ketika Indeks Harga Saham Gabungan terus mengalami
rally hampir sepanjang bulan lalu. “Sebagian investor yang memperoleh keuntungan ketika IHSG mencapai level 6.100 memutuskan untuk menjual unit kepemilikan reksadana sahamnya,” ungkapnya. Penurunan dana kelolaan juga terjadi pada reksadana terproteksi. Bulan lalu, dana kelolaan reksadana ini terkoreksi Rp 0,06 triliun menjadi Rp 131,61 triliun. Padahal, sejak bulan Juli hingga Oktober silam, dana kelolaan reksadana tersebut terus mengalami kenaikan walau kondisi pasar tengah diliputi ketidakpastian. Wawan menilai, penurunan tersebut disebabkan adanya sejumlah reksadana terproteksi yang jatuh tempo pada bulan lalu. Alhasil, aksi
redemption tak terhindarkan.
Untungnya, di bulan yang sama, produk-produk reksadana terproteksi baru masih terus bermunculan. Hal itu membuat penurunan dana kelolaan reksadana terproteksi bersifat terbatas. Secara umum, nilai dana kelolaan industri reksadana masih berpotensi kembali tumbuh di sisa tahun ini. Wawan bilang, pertumbuhan nilai dana kelolaan reksadana di bulan Desember akan terbantu oleh aksi window dressing di pasar saham dan obligasi. Ia pun yakin, dana kelolaan industri reksadana bisa melampaui level Rp 480 triliun di akhir tahun nanti dengan kontributor utamanya berasal dari reksadana saham, pendapatan tetap, dan terproteksi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sanny Cicilia