Dana Kelolaan Industri Reksadana Turun di Februari 2022 Jadi Rp 570,8 Triliun



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana kelolaan atawa assets under management (AUM) industri reksadana turun tipis di bulan Februari 2022. Reksadana saham mengalami penurunan AUM terdalam.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga akhir Februari 2022, total AUM industri reksadana mencapai Rp 570,83 triliun. Jumlah tersebut turun 0,66% dari dana kelolaan di Januari 2022 yang capai Rp 574 triliun

Tercatat, AUM reksadana saham turun paling dalam dengan 2,21% month on month (mom) menjadi Rp 129,18 triliun. Selanjutnya penurunan AUM juga terjadi di reksadana pendapatan tetap sebesar 1,75% mom menjadi Rp 151,81 triliun.


Reksadana terproteksi juga catatkan penurunan AUM sebesar 1,28% mom menjadi Rp 100,94 triliun.

Baca Juga: Jumlah Investor di Pasar Modal Indonesia Terus Bertambah

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengatakan penurunan AUM di Februari merupakan imbas dari investor yang melakukan profit taking pada reksadana saham. Itu sebabnya pula AUM reksadana saham jadi yang paling dalam penurunannya.

Aksi profit taking terjadi karena pasar saham berkinerja tinggi. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang Februari naik 3,88% mom dan rata-rata kinerja reksadana sahan naik 2,43% mom.

"Umum ketika IHSG naik tinggi inevstor akan profit taking, apalagi jika investor masuk di reksadana saham sejak awal tahun kinerjanya ada yang sudah naik di atas 5%," kata Wawan, Selasa (8/3).

Sedangkan, Sedangkan, Rudiyanto Direktur Panin Asset Management mengatakan penurunan AUM di reksadana saham juga bisa terjadi jika investor melakukan redemption setelah mengevaluasi kinerja reksadana sahamnya tidak dalam pergerakan yang sama dengan IHSG.

Meski begitu, Wawan memproyeksikan AUM reksadana saham berpotensi naik kembali karena disokong kenaikan harga komoditas imbas konflik Rusia dan Ukraina. Selain itu, katalis positif dalam jangka pendek datang dari kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) yang tidak agresif seperti rencana awal.

Namun, risiko penurunan AUM tetap ada. Wawan mengatakan kenaikan harga energi dalam jangka yang lebih panjang membuat harga bahan baku naik dan bisa memicu inflasi di Indonesia serta memberi sentimen negatif bagi pasar saham.

Sementara, dana kelolaan reksadana terproteksi menurun karena masih terimbas ketersediaan obligasi korporasi yang masih cenderung menurun di tahun ini.

Baca Juga: Reksadana Pendapatan Tetap Cetak Kinerja Paling Rendah

Sedangkan, Rudiyanto mengatakan AUM reksadana pendapatan tetap menurun karena investor berusaha menghindari risiko kenaikan suku bunga terhadap pasar obligasi. Namun, di satu sisi, investor juga bisa mempertimbangkan kembali untuk masuk ke reksadana pendapatan tetap saat harganya sedang murah.

Rudiyanto optimistis secara keseluruhan AUM industri reksadana akan naik. Ia melihat dengan harga komoditas yang tinggi akan mendukung aliran dana masuk ke pasar saham dan reksadana berbasis saham

Pun di pasar obligasi, Rudiyanto mengamati usaha pemerintah untuk menjaga inflasi tidak naik tajam, dapat mendukung pasar obligasi untuk bisa kembali rebound.

Wawan memasang target pertumbuhan AUM industri reksadana di tahun ini sebesar Rp 600 triliun.

Jenis reksadana yang mengalami pertumbuhan AUM tertinggi di periode Februari adalah reksadana campuran yang naik 2,74% mom menjadi Rp 26,91 triliun.

Sedangkan, AUM reksadana pasar uang naik 1,31% mom menjadi Rp 114,16 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari