Dana kelolaan reksadana 2015 tumbuh 12,11%



JAKARTA. Meskipun kinerja reksadana tahun 2015 tak memuaskan, nilai aktiva bersih (NAB) tetap tumbuh.

Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per 28 Desember 2015 menunjukkan, dana kelolaan reksadana tercatat Rp 270,84 triliun.

Angka tersebut tumbuh 12,11% dibandingkan posisi akhir tahun 2014, yang sebesar Rp 241,57 triliun.


Sepanjang tahun 2015, dana kelolaan beberapa jenis reksadana tumbuh.

Reksadana pendapatan tetap tumbuh 34,75%, reksadana pasar uang 22,54%, reksadana terproteksi 36,86%, reksadana indeks 73,33%, exchange traded fund (ETF) 10,15%, serta reksadana syariah 1,85%.

Sebaliknya, dana kelolaan reksadana saham dan reksadana campuran masing-masing terkoreksi 2,44% dan 10,64% pada periode sama.

Noor Rachman, Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II OJK, berujar, pertumbuhan dana kelolaan industri reksadana domestik juga diiringi kenaikan jumlah unit penyertaan sebesar 28,41%, dari semula 142,72 miliar menjadi 183,28 miliar.

“Tingkat kepercayaan investor terhadap industri reksadana mengalami peningkatan. Menandakan minat investor untuk melakukan investasi di reksadana cukup tinggi,” jelas Noor.

Analis Infovesta Utama Beben Feri Wibowo menjelaskan, tertekannya pasar saham sejak akhir April 2015 hingga September 2015 memicu investor memilih reksadana dengan profil risiko relatif lebih rendah ketimbang reksadana berbasis saham.

Semisal reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap yang berbasis obligasi.

Wajar jika pertumbuhan dana kelolaan jenis reksadana dengan risiko minim.

Maklum, koreksi harga obligasi sepanjang tahun 2015 tidak sedalam penurunan di pasar saham.

Secara year to date hingga 30 Desember 2015, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merosot 12,12% ke 4.593.

Sedangkan rata-rata harga obligasi yang tercermin pada INDOBeX Composite Clean Price hanya susut 4,36% ke 104,87.

Di sisi lain, secara month on month per Desember 2015, total dana kelolaan reksadana tumbuh 3,4%.

Pada periode itu, dana kelolaan reksadana saham naik 6,84%, reksadana campuran 0,33%, reksadana terproteksi 5,12%, reksadana indeks 13,04%, ETF 1,75%, serta reksadana syariah 1,38%.

Tapi dana kelolaan reksadana pendapatan tetap dan reksadana pasar uang masing-masing turun 0,28% dan 2,45%.

Investor memang mulai berani masuk ke reksadana berbasis saham guna memanfaatkan valuasi yang sudah murah.

Apalagi pasar saham domestik mulai rebound sejak awal Oktober 2015.

“Terjadi window dressing, kondisi pasar saham lebih baik jelang akhir tahun,” tuturnya.

Beben memaparkan, berdasarkan rata-rata laju pertumbuhan majemuk tahunan atau compound annual growth rate (CAGR) selama tiga tahun, prediksi pertumbuhan NAB reksadana tahun 2016 akan berkisar 12,08% atau mencapai Rp 303,55 triliun.

Noor juga optimistis, pertumbuhan dana kelolaan tahun 2016 akan lebih baik dibandingkan pencapaian tahun sebelumnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Adi Wikanto