Dana Kelolaan Reksadana Berpotensi Tumbuh pada Bulan Mei 2022



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Jumlah dana kelolaan atawa Asset Under Management (AUM) industri reksadana harus mengalami penurunan pada bulan April 2022. 

Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), AUM reksadana pada bulan April sebesar Rp 566,44 triliun. Angka tersebut turun tipis 0,31% dari bulan sebelumnya yang sebesar Rp 568,19 triliun.

Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengungkapkan, salah satu yang menarik adalah keberhasilan dana kelolaan reksadana saham yang naik di saat reksadana lain cenderung turun. Sebagai informasi, AUM reksadana indeks dan reksadana saham masing-masing naik 4,87% dan 3,87% menjadi Ro 9,48 triliun dan Rp 129,35 triliun. 


“Ini imbas kinerja saham sepanjang bulan April yang tercermin dari IHSG yang berhasil all time high,” jelas Wawan ketik dihubungi Kontan.co.id, Jumat (13/5).

Baca Juga: Dana Kelolaan Industri Reksadana Turun Rp 1,75 Triliun di April 2022

Sementara itu, ia bilang, terlepas dari sudah hilangnya insentif pajak, ternyata minat terhadap reksadana proteksi masih tetap ada. Pasalnya, AUM reksadana terproteksi mengalami kenaikan dari Rp 102,54 triliun menjadi Rp 105,2 triliun pada bulan April.

Di satu sisi, terkait turunnya dana kelolaan reksadana pasar uang sebesar 1,31% menjadi Rp 109,22 triliun dinilai Wawan dikarenakan antisipasi libur lebaran kemarin yang membuat investor terutama ritel membutuhkan yang tunai. Alhasil, banyak terjadi net redemption pada reksadana ini.

Sedangkan turunnya dana kelolaan reksadana pendapatan tetap sebesar 3,81% dari Rp 155,77 triliun menjadi Rp 149,84 triliun akibat imbas kenaikan suku bunga yang akhirnya membuat harga obligasi terkoreksi.

Memasuki bulan Mei ini, Wawan memperkirakan AUM reksadana pendapatan tetap berpotensi masih akan turun karena masih adanya sentimen kenaikan suku bunga.

Baca Juga: Dana Kelolaan Reksadana Syariah Turun 45% Dalam Setahun Terakhir

Di satu sisi, dana kelolaan reksadana pasar uang berpotensi akan naik karena kenaikan suku bunga bisa mengangkat kinerjanya dan mendorong aksi net subscription.

“Kalau untuk reksadana saham ada potensi bisa turun karena saham terkoreksi. Tetapi dana kelolaan juga bisa naik oleh subscription, karena terkadang trennya ketika IHSG terkoreksi justru dimanfaatkan untuk ambil posisi,” tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Noverius Laoli