KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang Oktober 2017, total dana kelolaan atau
assets under management (AUM) reksadana tumbuh. Namun terjadi penurunan dana kelolaan jenis reksadana saham karena sebagian investor melakukan aksi ambil untung. Data Infovesta Utama memperlihatkan, dana kelolaan reksadana pada Oktober 2017 naik 3,22% secara
month-on-month(mom) menjadi Rp 414,3 triliun. Sementara secara
year-to-date (ytd) dana kelolaan naik 26,06%. Hal tersebut diikuti dengan kenaikan unit penyertaan reksadana sebesar 5,01% mom menjadi Rp 315 miliar unit. Sementara secara ytd unit penyertaan naik sebesar 29,65%.
Markam Halim,
Managing Director, Head Sales & Marketing Henan Putihrai Asset Management, mengatakan, suku bunga perbankan yang terus turun memberi sentimen positif bagi reksadana. "Suku bunga turun membuat investor atau masyarakat mencari alternatif investasi yang memberi imbal hasil lebih tinggi dengan risiko
managable," kata Markam, Minggu (12/11). Selain itu, Markam melihat masyarakat kelas menengah masih menahan diri untuk berbelanja, sehingga ada dana lebih untuk diinvestasikan.Kendati begitu, bila dibandingkan dengan dana pihak ketiga perbankan, total dana kelolaan reksadana hanya sekitar 6%–7%. Sehingga kemungkinan, dana kelolaan reksadana tumbuh masih sangat besar. Sementara, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto menilai, dana kelolaan industri reksadana bertambah karena ramainya penerbitan produk reksadana baru. "Investor institusi mulai masuk," kata Rudiyanto. Selain itu, kenaikan harga saham dan obligasi juga turut menarik minat investor berinvestasi di reksadana. Di akhir tahun, ia memprediksi dana kelolaan reksadana bisa mencapai Rp 420 triliun. Profit taking Data Infovesta Utama memperlihatkan, dana kelolaan reksadana pasar uang tumbuh paling tinggi sebesar 11,25% mom. Di periode yang sama, dana kelolaan reksadana pendapatan tetap tumbuh 6,65%, reksadana saham tercatat turun 2,16% dan reksadana campuran naik 1,41%.
Rudiyanto mengatakan turunnya dana kelolaan reksadana saham bisa jadi karena
profit taking setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menyentuh rekor di atas level 6.000
. Meski pada saat bersamaan ada juga investor yang masuk ke reksadana, namun jumlahnya tak sebanyak investor yang melakukan
profit taking.
Head of Business Development Majoris Asset Management Tandy Cahyadi juga mengatakan, ada investor yang melakukan
profit taking dan membuat dana kelolaan reksadana saham anjlok. Namun, Tandy melihat masih banyak tipe investor yang masih tetap fokus pada tujuan finansial jangka panjangnya dan bertahan di reksadana saham. "Kebetulan untuk dana kelolaan reksadana saham di Majoris masih stabil di bulan ini," kata Tandy. Prospek reksadana saham di tahun 2018 menurut Tandy masih bagus. Hal tersebut disokong oleh fundamental ekonomi yang terjaga dan langkah-langkah strategis pemerintah dan Bank Indonesia dalam mendukung perekonomian Indonesia. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Dupla Kartini