JAKARTA. Di tengah kondisi ekonomi global yang tidak pasti, peminat investasi reksadana justru membludak. Alhasil, dana kelolaan atau asset under management (AUM) manajer investasi (MI) terus tumbuh. First State Investment Indonesia (FSII) misalnya, per Oktober lalu MI ini berhasil menghimpun dana kelolaan Rp 5,2 triliun, tumbuh 8% dibanding bulan sebelumnya. Bahkan, dibandingkan Oktober 2011, dana masyarakat itu melejit hingga 62%. Komposisi AUM FSII banyak disumbang dari nasabah korporat dengan porsi 55%. Sementara nasabah ritel menyumbang AUM hanya 45%. Komposisi ini membuat manajemen berambisi melakukan manuver tahun depan dan fokus menggarap nasabah institusi. Hario Soeprobo, Presiden Direktur FSII menjelaskan, selain minat masyarakat akan reksadana kian meningkat, tenaga penjual dari perusahaan juga turut membantu kenaikan AUM perusahaan. "Tadinya ada dua bank distributor kami yang kurang aktif, tapi mereka sudah kembali aktif," imbuhnya. Sayangnya, manajemen enggan menyebutkan siapa bank yang dimaksud. Tapi, saat ini FSII memiliki delapan distributor produknya, beberapa di antaranya adalah Commonwealth Bank, Citibank dan Standard Chartered. Manajemen mengaku, Indo Equity Sektoral merupakan produk andalan yang dijual. Benar saja, produk ini menyumbang AUM sebanyak Rp 2,4 triliun. "Ada delapan belas institusi yang beli produk itu," aku Hario. Dia menambahkan, dari semua konsumen Indo Equity Sektoral mayoritas di antaranya adalah institusi dana pensiun. Selain mengandalkan produk Indo Equity Sektoral, manajemen juga memperoleh AUM bongsor dari produk kontrak pengelolaan dana (KPD). Produk ini menyumbang AUM FSII sebesar Rp 1,5 triliun. Adapun pembeli produk ini adalah dana pensiun dan satu perusahaan asuransi. Hario menegaskan, KPD perusahaan tidak akan menuai masalah seperti MI tetangganya, Indosurya Asset Management. Soalnya, KPD FSII mengenakan pembelian pertama (subscription) Rp 25 miliar. "Bahkan subscription sebesar itu sudah kami berlakukan jauh sebelum terbitnya aturan Bapepam-LK tentang KPD," tegas Hario. Sayang, manajemen enggan mengungkapkan target dana kelolaan FSII tahun ini lantaran menganggap kondisi pasar saat ini masih sangat sulit diprediksi. "Sistem pembukuan kami juga dimulai dari Juni hingga Juli tahun depan, jadi agak sulit untuk memprediksi target AUM yang akan kami kelola," pungkas Hario.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Dana kelolaan reksadana FSII melejit 62%
JAKARTA. Di tengah kondisi ekonomi global yang tidak pasti, peminat investasi reksadana justru membludak. Alhasil, dana kelolaan atau asset under management (AUM) manajer investasi (MI) terus tumbuh. First State Investment Indonesia (FSII) misalnya, per Oktober lalu MI ini berhasil menghimpun dana kelolaan Rp 5,2 triliun, tumbuh 8% dibanding bulan sebelumnya. Bahkan, dibandingkan Oktober 2011, dana masyarakat itu melejit hingga 62%. Komposisi AUM FSII banyak disumbang dari nasabah korporat dengan porsi 55%. Sementara nasabah ritel menyumbang AUM hanya 45%. Komposisi ini membuat manajemen berambisi melakukan manuver tahun depan dan fokus menggarap nasabah institusi. Hario Soeprobo, Presiden Direktur FSII menjelaskan, selain minat masyarakat akan reksadana kian meningkat, tenaga penjual dari perusahaan juga turut membantu kenaikan AUM perusahaan. "Tadinya ada dua bank distributor kami yang kurang aktif, tapi mereka sudah kembali aktif," imbuhnya. Sayangnya, manajemen enggan menyebutkan siapa bank yang dimaksud. Tapi, saat ini FSII memiliki delapan distributor produknya, beberapa di antaranya adalah Commonwealth Bank, Citibank dan Standard Chartered. Manajemen mengaku, Indo Equity Sektoral merupakan produk andalan yang dijual. Benar saja, produk ini menyumbang AUM sebanyak Rp 2,4 triliun. "Ada delapan belas institusi yang beli produk itu," aku Hario. Dia menambahkan, dari semua konsumen Indo Equity Sektoral mayoritas di antaranya adalah institusi dana pensiun. Selain mengandalkan produk Indo Equity Sektoral, manajemen juga memperoleh AUM bongsor dari produk kontrak pengelolaan dana (KPD). Produk ini menyumbang AUM FSII sebesar Rp 1,5 triliun. Adapun pembeli produk ini adalah dana pensiun dan satu perusahaan asuransi. Hario menegaskan, KPD perusahaan tidak akan menuai masalah seperti MI tetangganya, Indosurya Asset Management. Soalnya, KPD FSII mengenakan pembelian pertama (subscription) Rp 25 miliar. "Bahkan subscription sebesar itu sudah kami berlakukan jauh sebelum terbitnya aturan Bapepam-LK tentang KPD," tegas Hario. Sayang, manajemen enggan mengungkapkan target dana kelolaan FSII tahun ini lantaran menganggap kondisi pasar saat ini masih sangat sulit diprediksi. "Sistem pembukuan kami juga dimulai dari Juni hingga Juli tahun depan, jadi agak sulit untuk memprediksi target AUM yang akan kami kelola," pungkas Hario.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News