Dana kelolaan reksadana indeks melejit



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ciamik di tahun lalu membuat dana kelolaan atawa assets under management (AUM) reksadana indeks melesat. Berdasarkan data Infovesta Utama, per Februari, AUM reksadana indeks mencapai Rp 5,52 triliun. Angka ini melejit 495% dibanding AUM periode yang sama di 2017, yakni Rp 926,83 miliar.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menjelaskan, minat investor terhadap produk reksadana berbasis indeks ini memang semakin tinggi. Dua hingga tiga tahun ke belakang, reksadana yang dikelola secara pasif ini memang mencatat return yang lebih baik ketimbang reksadana saham konvensional.

Ambil contoh, Simas IDX30 racikan Sinarmas Asset Management. Reksadana indeks ini mencetak keuntungan 26% tahun lalu, tertinggi dibanding reksadana indeks lain.


Sampai saat ini tidak ada reksadana saham yang konsisten mengalahkan indeks terus-menerus. "Makanya, investor yang ingin kepastian profit dan imbal hasil mirip indeks lebih tertarik masuk reksadana indeks," ujar Wawan.

Seperti yang diketahui, dalam reksadana indeks dikenal konsep tracking error.  Mengingat tujuan reksadana indeks memang bukan mengalahkan indeks acuan, tapi justru menghasilkan kinerja semirip mungkin dengan indeks.

Selain konsistensi, investor juga tertarik karena biaya manajemen pengelolaan reksadana indeks jauh lebih murah ketimbang reksadana konvensional lain. Besarnya cuma 1%.

Kinerja indeks

Saat ini memang tak semua indeks mencetak kenaikan. Per kemarin, bila dihitung sejak awal tahun, kinerja IDX30 tercatat turun 2,91% dan indeks LQ45 turun 2,58%. Sementara, IHSG sejak awal tahun naik tipis, yaitu 0,42%. Infovesta Equity Fund Indeks sendiri hanya mencatat kenaikan sebesar 1,1%.

Menurut Wawan, penurunan kinerja indeks saham di awal tahun ini disebabkan oleh turunnya harga sebagian besar saham-saham blue chip. Buktinya, di periode yang sama, indeks Pefindo25 mencatat kenaikan hingga 8,81%. Sebagai informasi, Pefindo25 adalah indeks yang berisi saham-saham perusahaan kecil dan menengah, dengan aset kurang dari Rp 5 triliun.

Meski begitu, Direktur Utama Sinarmas Asset Management Alex Setyawan Widjajakusuma meyakini, reksadana indeks masih memiliki peluang tumbuh di tahun ini. "Reksadana indeks memiliki risiko yang terukur dengan batasan investasi yang relatif ketat. Karakter ini lebih disukai investor Indonesia saat ini," ujar Alex, Rabu (14/3).

Wawan menilai, investor akan mengamati tren pasar saham hingga akhir semester pertama tahun ini. Investor masih mewaspadai dampak yang muncul bila suku bunga acuan The Federal Reserve benar-benar naik. Jika indeks masih terus lesu, ada kemungkinan investor akan kembali berinvestasi reksadana saham konvensional.

Pasalnya, saat ini saham-saham lapis kedua sedang menjadi penggerak pasar saham. "Kalau tren seperti ini bertahan, kemungkinan besar reksadana saham konvensional akan unggul kinerjanya dibanding reksadana indeks," terang Wawan.

Wawan berpendapat, antusiasme investor terhadap produk reksadana indeks masih akan terus tumbuh. Ia memprediksi, AUM reksadana indeks bisa bertambah menjadi sekitar Rp 8 triliun pada akhir tahun nanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati