Dana kelolaan reksadana melorot



JAKARTA. Kinerja reksadana suram sepanjang 2013. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, dana kelolaan industri reksadana pun susut 2,33% menjadi Rp 219,42 triliun dibanding tahun lalu yang sebesar Rp 224,67 triliun.

Dari total tersebut, sekitar Rp 190,01 triliun merupakan reksadana yang ditawarkan melalui penawaran umum. Nilai tersebut turun tipis dibanding sebelumnya Rp 190,59 triliun. Sisanya merupakan dana kelolaan reksadana penyertaan terbatas (RDPT) sebesar Rp 29,41 triliun yang juga turun dibanding sebelumnya Rp 34,08 triliun. "Keseluruhan reksadana tersebut dikelola oleh 75 manajer investasi," kata Nurhaida, Kepala Eksekutif Bidang Pengawasan Pasar Modal OJK, Senin (30/12).

Nurhaida merinci, dana kelolaan reksadana yang ditawarkan melalui penawaran umum tersebut terdiri dari reksadana pendapatan tetap Rp 28,65 triliun, reksadana saham Rp 80,29 triliun dan reksadana pasar uang Rp 11,09 triliun. Selain itu, reksadana campuran Rp 19,02 triliun, reksadana terproteksi Rp 39,35 triliun, reksadana indeks Rp 390 miliar, dan reksadana syariah Rp 9,51 triliun. Lainnya merupakan dana kelolaan exchange traded fund (ETF).


Meski turun dari sisi total dana kelolaan, jumlah produk reksadana di tahun ini bertambah menjadi 838 produk dibanding tahun lalu sebanyak 733 produk. Sepanjang tahun ini, ada 187 produk reksadana yang memperoleh pernyataan efektif dari otoritas, sedangkan sekitar 82 produk reksadana dicabut izinnya.

Jumlah RDPT bertambah tiga produk menjadi 95 produk pada akhir 2013. Ada tiga RDPT anyar yang mendapatkan izin efektif dari OJK.

Di sisi lain, jumlah unit penyertaan reksadana meningkat. Pada bulan Januari 2013 jumlah unit penyertaan yang beredar adalah 112,24 miliar unit, dan pada 19 Desember 2013 naik 6,96% menjadi 120,64 miliar unit. Hal ini menandakan bahwa investor lebih banyak melakukan subscription daripada redemption.

Viliawati, analis Infovesta Utama mengatakan, penurunan dana kelolaan reksadana tahun ini disebabkan kinerja rata-rata reksadana berbasis saham dan obligasi yang tercatat negatif akibat koreksi pasar. Ia memperkirakan, fluktuasi pasar masih akan terjadi di semester I tahun depan.

Namun, ada potensi kinerja reksadana membaik sejalan dengan membaiknya indikator makro ekonomi pada semester II. "Jika kinerja reksadana membaik, peluang untuk dana kelolaan tumbuh di tahun depan juga lebih besar. Selain itu, pertumbuhan dana kelolaan juga akan ditopang oleh subscription investor baru dan rilis reksadana baru," ujar Vilia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati