Dana kelolaan reksadana naik 3,79% menjadi Rp 552,27 triliun di sepanjang 2020



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana kelolaan atawa asset under management (AUM) industri reksadana berhasil tumbuh di sepanjang 2020. Penyokong pertumbuhan AUM berasal dari reksadana pasar uang. 

Berdasarkan data Infovesta, total AUM industri reksadana tanpa reksadana penyertaan terbatas dan denominasi dolar AS mencapai Rp 552,27 triliun di sepanjang 2020. Jumlah tersebut naik 3,79% dari posisi tahun lalu yang sebesar Rp 532,13 triliun.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai, pertumbuhan AUM tersebut sudah cukup baik di tengah pandemi Covid-19. Apalagi, AUM berhasil tumbuh 19,7% setelah anjlok 10% di Maret yang menjadi posisi terendah di Rp 461,29 triliun. 


Jenis reksadana yang naik tertinggi dan menyokong pertumbuhan AUM adalah reksadana pasar uang. Reksadana ini tumbuh 35% secara tahunan dengan AUM mencapai Rp 92,54 triliun.

Baca Juga: Tren penurunan jumlah pengelola dana pensiun diramal terus berlanjut

Pertumbuhan AUM reksadana pasar uang jadi yang paling tinggi karena risiko pasar keuangan selama pandemi meningkat. Alhasil, preferensi investor cenderung fokus ke reksadana pasar uang yang risikonya paling rendah atau aman. 

Sementara, pertumbuhan dana kelolaan kedua tertinggi berasal dari reksadana exchanged traded fund (ETF) yang mayoritas memiliki aset saham. AUM reksadana ini tumbuh 13,9% secara tahunan menjadi Rp 16,17 triliun. Wawan melihat investor yang masih ingin memegang saham selama setahun kemarin, cenderung masuk ke reksadana ETF yang kinerjanya mengikuti indeks dan jauh lebih terukur daripada reksadana saham. 

Berbeda sekali dengan AUM reksadana saham yang tercatat turun 7,73% secara tahunan menjadi Rp 126 triliun. Begitu pun AUM reksadana campuran menurun lebih dalam 12,68% menjadi Rp 26,27 triliun. 

Meski dana kelolaan reksadana berbasis saham menurun, Wawan mengamati unit penyertaan reksadana tersebut masih naik. Itu berarti, penurunan AUM di reksadana berbasis saham memang disebabkan oleh penurunan nilai aset bukan aksi jual (redemption) investor. "Karena kinerja reksadana berbasis saham sempat anjlok dalam, investor justru masuk saat harga lebih murah, nanggung kalau dijual malah merealisasikan rugi, sehingga masih net subs," kata Wawan. 

Baca Juga: Inilah manajer investasi dengan pertumbuhan AUM tertinggi sepanjang 2020

Sedangkan, reksadana pendapatan tetap turut menyumbang pertumbuhan dengan catatkan kenaikan AUM sebesar 11% secara tahunan menjadi Rp 126 triliun. 

Namun, reksadana AUM reksadana terproteksi tercatat turun 2,98% menjadi Rp 137,4 triliun. Wawan mengamati penurunan AUM reksadana ini disebabkan menurunnya penerbitan obligasi korporasi baru akibat tekanan ekonomi pandemi. "Reksadana terproteksi yang jatuh tempo tidak terbitkan produk baru lagi, MI sulit cari aset obligasi korporasi saat pandemi," kata Wawan. 

Secara keseluruhan Wawan memproyeksikan AUM industri reksadana di tahun ini berpotensi naik 10% ke Rp 600 triliun. Wawan juga mengapresiasi perkembangan industri reksadana karena jumlah investor reksadana dari 1 juta di 2019 menjadi sekitar 3 juta di 2020. 

"Dulu kalau proyeksikan jumlah investor reksadana ke 5 juta itu jauh sekali, tetapi sekarang jadi jauh lebih mungkin terjadi," kata Wawan yang optimis jumlah investor reksadana tumbuh ke 5 juta hingga 6 juta di tahun ini.

Baca Juga: CEO Jagartha Advisors: Jangan kapok saat rugi di awal investasi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati