JAKARTA. Tren suku bunga tinggi memicu melonjaknya dana kelolaan reksadana pasar uang. Infovesta Utama mencatat dana kelolaan reksadana pasar uang melaju 28,82% pada akhir Februari dibandingkan akhir tahun lalu. Akhir Februari 2015, dana kelolaan reksadana pasar uang mencapai Rp 27,32 triliun. Nilai tersebut naik dibandingkan akhir tahun yang sebesar Rp 21,21 triliun. Kenaikan dana kelolaan reksadana pasar uang tersebut lebih tinggi dibandingkan reksadana lainnya. Reksadana pendapatan tetap, misalnya hanya naik 9.78% pada periode yang sama. Sedangkan reksadana saham dan campuran justru susut masing- masing minus 1,95% dan minus 3,49%.
Analis Infovesta Utama Viliawati menuturkan kenaikan dana kelolaan reksadana pasar uang melanjutkan tahun lalu yang naik mencapai 88,28%. Di mana, pada akhir 2014 tercatat Rp 21,21 triliun atau meningkat dibandingkan 2013 yang Rp 11,27 triliun. "Peningkatan dana kelolaan reksadana pasar uang yang terbilang drastis sudah terlihat sejak tahun lalu," ujar Vilia, Selasa (17/3). Menurut Vilia, tingginya suku bunga deposito yang menjadi aset dasar ikut menopang kenaikan dana kelolaan reksadana pasar uang. Seperti diketahui, sempat terjadi perang suku bunga deposito perbankan. Bahkan ada perbankan yang menawarkan suku bunga deposito hingga 11%. Selain itu, kata Vilia, positifnya pasar obligasi ikut mengangkat dana kelolaan reksadana yang beraset dasar obligasi tenor kurang dari satu tahun ini. Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) mencatat INDOBex Composite Total Return secara year to date 17 Maret 2015 naik 4,81%. "Kenaikan dana kelolaan juga ditopang oleh maraknya produk reksadana pasar uang yang baru dirilis menyusul tingginya suku bunga," ujar Vilia. Tak hanya itu, meningkatnya dana kelolaan yang cukup signifikan pada beberapa produk juga disebabkan oleh masuknya dana dari investor institusi. Masuknya dana ditunjukkan oleh kenaikan unit penyertaan reksadana pasar uang sebesar 28,2% dari 19,48 miliar unit menjadi 24,98 miliar unit. Vilia memperkirakan dana kelolaan reksadana pasar uang tahun ini berpotensi meningkat. Kenaikan akan ditopang oleh subscription investor existing, penambahan produk baru, penambahan investor baru serta peningkatan nilai pasar portfolio reksadana pasar uang. Meski suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate sempat diturunkan ke level 7,5% di bulan Februari, namun menurut Vilia, secara umum suku bunga masih di level relatif tinggi. Di sisi lain, penurunan BI rate tersebut juga diperkirakan akan berdampak positif pada pergerakan harga obligasi. "Sehingga berpotensi menopang kinerja reksadana pasar uang yang mayoritas portofolio ditempatkan pada deposito dan obligasi jangka pendek kurang dari satu tahun," ujar Vilia.