KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama Juni 2019, pertumbuhan dana kelolaan atawa
asset under management (AUM) reksadana saham paling rendah dibanding reksadana jenis lainnya. Berdasarkan data Infovesta Utama, per Juni 2019, AUM tumbuh Rp 4,9 triliun secara bulanan menjadi Rp 493,06 triliun. Data tersebut tidak termasuk AUM reksadana denominasi dollar dan penyertaan terbatas. Tercatat, dana kelolaan reksadana pasar uang tumbuh paling tinggi, sebesar Rp 2,2 triliun secara bulanan menjadi Rp 57,22 triliun. Sementara, AUM reksadana saham bertambah Rp 179 miliar secara bulanan menjadi Rp 148,2 triliun.
Sedangkan, pertumbuhan AUM reksadana campuran masih lebih besar, yaitu naik Rp 1,87 triliun menjadi Rp 29,9 triliun. Begitu pun pertumbuhan AUM reksadana pendapatan tetap masih lebih tinggi yakni Rp 1,06 triliun menjadi Rp 106,47 triliun. Head of Investment Research Infovesta Wawan Hendrayana mengatakan pertumbuhan AUM reksadana saham tak signifikan seperti perbaikan kinerja pasar saham karena pelaku pasar melakukan profit taking. "AUM reksadana saham turun kemungkinan ada aksi profit taking ketika IHSG rebound, jadi beli ketika terkoreksi dan jual ketika naik," kata Rudiyanto, Direktur Panin Asset Management, Rabu (10/7). Namun, Wawan memproyeksikan, di Juli ini AUM reksadana saham akan tumbuh tinggi seiring dengan perbaikan kinerja pasar saham. Selain itu, pertumbuhan AUM reksadana pendapatan tetap juga masih akan tumbuh positif seiring dengan sentimen positif yang diterima pasar obligasi yang berasal dari ekspektasi penurunan suku bunga. Apalagi, Wawan mengamati kini suku bunga deposito sudah ada yang turun sehingga reksadana pendapatan tetap makin menarik. Rudiyanto mengharapkan suku bunga Bank Indonesia bisa turun 1% dan penurunan dicicil sebanyak empat kali hingga 2020, sehingga sentimen positif terus ada. "Kita memasuki tren penurunan suku bunga dan pelonggaran likudiitas harga aset dasar baik saham maupun obligasi akan bagus, jadi jika pasar naik, maka pertumbuhan AUM juga akan tumbuh mengikuti," kata Rudiyanto. Panin Asset Management juga menikmati kenaikan dana kelolaan. Per Juni 2019 AUM Panin Asset Management mencapai Rp 11,96 triliun atau naik 5,5% sejak awal tahun yang berada di Rp 11,33 triliun. Rudiyanto menargetkan dana kelolaan Panin Asset Management bisa mencapai Rp 14,5 triliun di akhir tahun. Pertumbuhan AUM diharapkan terjadi dari lima produk reksadana baru yang akan diluncurkan di semester II 2019. Dengan kinerja IHSG yang diharapkan terus membaik, Rudiyanto berharap, nasabah akan ramai kembali masuk ke reksadana. Kinerja IHSG hingga Rabu (10/7) tumbuh 3,49% secara year to date. Dana leolaan reksadana jenis lain yakni reksadana exchange traded fund (ETF) juga bertambah Rp 234 miliar menjadi Rp 14,16 triliun pada Juni 2019. Reksadana indeks juga mencatatkan pertumbuhan AUM sebesar Rp 88 miliar menjadi Rp 6,31 triliun. Sedangkan, AUM DIRE dan KIK tumbuh Rp 267 miliar menjadi Rp 7,21 triliun. Di periode Juni 2019, hanya reksadana terproteksi yang mengalami penurunan dana kelolaan yaitu sebesar Rp 974 miliar menjadi Rp 123,58 triliun.  Wawan mengatakan, reksadana terproteksi selalu mengalami masa jatuh tempo sehingga dana kelolaan pasti ada saatnya akan turun. Seiring dengan banyaknya penerbitan obligasi baru, ke depan AUM reksadana terproteksi bisa tumbuh.
Namun, saat ini investor reksadana terproteksi, sedang mengharapkan insentif pajak reksadana terproteksi yang sebesar 5% diperpanjang di tahun depan. Pasalnya, pemerintah akan menaikkan pajak reksadana terproteksi menjadi 10%. Meski pajak reksadana terproteksi masih lebih rendah dibanding memiliki obligasi yang pajaknya 15%, tetapi dengan naiknya pajak bisa membuat
return reksadana terproteksi terkikis dan investor cenderung
wait and see. Penurunan AUM reksadana terproteksi pun menjadi lebih terbuka. Wawan memproyeksikan dana kelolaan industri reksadana bisa tumbuh ke Rp 540 triliun di akhir tahun ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat