Dana Kelolaan Reksadana Terproteksi Turun Paling Dalam Sepanjang Januari



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana kelolaan atau asset under management (AUM) industri reksadana tercatat turun pada bulan Januari. Berdasarkan data Infovesta Utama, total dana kelolaan pada Januari sebesar Rp 548,17 triliun. Jumlah tersebut turun sebesar 0,98% jika dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2021 yang masih sebesar Rp 553,60 triliun.

Head of Investment Avrist Asset Management Ika Pratiwi Rahayu mengatakan, penurunan dana kelolaan tersebut masih normal dan relatif tipis, karena hanya sebesar Rp 5,3 triliun. Jika diperinci, salah satu penyebab koreksi dana kelolaan tersebut akibat penurunan AUM reksadana terproteksi.

“Hal ini seiring dengan adanya produk reksadana terproteksi yang jatuh tempo,” kata Ika ketika dihubungi Kontan.co.id, Rabu (9/2).


Baca Juga: Dana Kelolaan Reksadana Pada Januari Menyusut 0,92%

Adapun, jumlah dana kelolaan reksadana terproteksi tercatat sebesar Rp 100,63 triliun per akhir Januari. Jika dibandingkan dengan akhir tahun 2021 yang sebesar Rp 103,19 triliun, maka terjadi penyusutan sebesar 2,48% atau yang terbesar dibanding jenis reksadana lain.

Sementara itu, reksadana saham juga mengalami koreksi dana kelolaan yang cukup besar, yakni sebesar 1,97%. Alhasil AUM reksadana saham turun dari Rp 129,62 triliun menjadi Rp 127,06 triliun.

Ika menilai hal tersebut tidak terlepas dari adanya aksi redemption dari para investor memanfaatkan momentum kenaikan harga yang sempat terjadi. Di saat beberapa jenis reksadana mengalami penurunan dana kelolaan, reksadana ETF justru berhasil membukukan pertumbuhan dana kelolaan. AUM reksadana yang satu ini tercatat sebesar Rp 15,37 triliun atau naik 4,11%. 

“Kalau kenaikan AUM reksadana ETF disebabkan oleh kenaikan indeks di sepanjang bulan lalu,” imbuh Ika.

Baca Juga: Dana Kelolaan Reksadana Diproyeksi akan Kembali Tumbuh Positif pada Februari

Sepanjang Januari 2021, tercatat IHSG berhasil menguat 0,76%. Sementara LQ45 dan IDX30 yang kerap dijadikan acuan produk reksadana saham masing-masing naik 0,88% dan 1,05%.

Ke depan, Ika meyakini outlook untuk industri reksadana masih tetap menarik sepanjang tahun 2022 dan akan bangkit di bulan Februari. Hal ini didukung oleh peluncuran produk baru seperti reksadana terproteksi. 

Sedangkan dari segi kinerja, reksadana saham diekspektasikan akan mencatatkan kenaikan di bulan Februari. Menurutnya, hal ini seiring dengan pengumuman kinerja finansial emiten yang membaik dan di atas ekspektasi.

“Selain itu, reksadana pasar uang akan tetap diminati di tengah tingkat likuiditas yang tinggi di masyarakat seperti tercermin dari dana pihak ketiga perbankan yang tumbuh sebesar 12,21% yoy pada Desember 2021 sedangkan pertumbuhan kredit hanya sebesar 5,24% yoy,” tutup Ika.

Baca Juga: Jumlah Investor di Pasar Modal Indonesia Sentuh 7,86 Juta per Januari 2022

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati