Dana Minim, Spindo Tunda Ekspansi



JAKARTA. Minimnya dana membuat PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (Spindo) mengubah strategi investasi tahun ini. Perusahaan yang baru saja mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini harus menunda beberapa rencana ekspansi.

Salah satunya adalah pembangunan pabrik baru di Gresik. Ibnu Susanto, Direktur Utama Steel Pipe Industry of Indonesia mengatakan, pabrik yang akan memproduksi pipa kecil ini baru akan dibangun pada bulan Juli 2013 mendatang dan kelar akhir tahun.

Padahal, awalnya, pabrik ini ditargetkan sudah bisa produksi tahun ini. "Kami tetap akan memproduksi pipa kecil di pabrik Pasuruan," ujar Ibnu, Selasa (25/6).


Sehingga, pabrik Spindo di Pasuruan yang awalnya hanya membuat pipa besar, kini juga memproduksi pipa kecil. Penyebabnya, isi kantong perusahaan berkode saham ISSP ini tidak cukup untuk mendanai ekspansi tersebut.

Maklum, dana hasil penerbitan saham perdana (IPO) perusahaan meleset dari target. Sekedar mengingatkan, pada Februari 2013 lalu, ISSP hanya meraup dana sekitar Rp 855,5 miliar dari hajatan IPO.

Padahal, manajemen Spindo berharap bisa menjaring dana lebih dari Rp 1 triliun. Ketika itu, saham IPO ISSP laku diharga Rp 295 per saham. Adapun, harga penawaran ada di kisaran Rp 260 - Rp 390 per saham.

Oleh karena itu, ISSP memangkas belanja modal (capex) tahun ini dari Rp 800 miliar menjadi hanya Rp 200 miliar. "Kami hanya menambah mesin untuk pabrik yang sudah ada dulu," tutur Ibnu.

Supaya irit, perusahaan akan mendatangkan mesin-mesin baru dari Taiwan. Namun, kualitasnya dinilai tidak kalah dengan buatan Jepang. Tambahan sejumlah mesin tersebut bertujuan agar volume produksi Spindo meningkat dan fulus perusahaan kian tebal.

Revisi target

Maklum, di kuartal I-2013, penjualan dan pendapatan perseroan turun dari Rp 784,95 miliar menjadi Rp 713,02 miliar. Kendati demikian, Spindo optimistis, hingga akhir tahun bisa mencatatkan pertumbuhan penjualan.

Hanya saja, produsen pipa baja ini merevisi turun target penjualan sepanjang 2013. Awalnya, perusahaan yakin penjualan bisa mencapai Rp 4 triliun. Namun, adanya penundaan ekspansi membuat perseroan memasang target moderat. Hingga pengujung tahun, perusahaan menargetkan bisa mengantongi pendpatan sebesar Rp 3,8 triliun.

Angka ini meningkat sekitar 22,97% dari pencapaian tahun lalu yang sebesar Rp 3,09 triliun. Sekedar informasi, saat ini, Steel Pipe memiliki dua pabrik yang beroperasi di Karawang dan Pasuruan.

Adanya penambahan pabrik di Pasuruan akan membuat kapasitas produksi meningkat dari 300.000 ton per bulan menjadi Rp 380.000 ton per bulan. Sementara untuk pabrik yang ada di Karawang, produksi akan terkerek dari 3.500 ton per bulan menjadi 10.000 ton per bulan.

Peningkatan produksi ini menjadi modal Steel Pipe untuk memperbaiki kinerja. Selain itu, di bidang jasa, perseroan telah mengantongi proyek dari korporasi BUMN, yakni Pertamina senilai US$ 36 juta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Amailia Putri