Dana pensiun dan generasi milenial



Dana pensiun memang berhubungan erat dengan masa tua. Namun bukan berarti urusan dana pensiun atau juga masa pensiun hanya penting bagi generasi tua saja. Kebutuhan pensiun juga teramat penting untuk bisa disiapkan sejak usia muda. Tujuannya adalah supaya manfaat pensiun yang akan dinikmati dapat optimal untuk memenuhi kebutuhan pada masa tua.

Secara rasional, seseorang tentu tidak ingin mengalami ketergantungan finansial kepada orang lain pada masa tuanya nanti. Oleh karena itu, kampanye mengenai pentingnya dana pensiun bagi generasi muda tidak hanya dalam rangka pengembangan bisnis dana pensiun semata. Tapi yang tidak kalah penting juga merupakan bentuk kepedulian dan perhatian bagi masa depan generasi muda saat sekarang ini.

Dalam perspektif ini, potensi pengembangan dana pensiun di kalangan generasi muda mendapatkan momentum yang tepat. Secara statistik, struktur demografi penduduk Indonesia saat ini sampai dengan satu dekade ke depan akan didominasi oleh penduduk usia produktif. Di sisi lain, apabila dilihat dari perspektif cohort (kelompok) generasi, sampai dengan sepuluh tahun ke depan, struktur demografi Indonesia akan didominasi oleh generasi Y. Atau lebih populer dengan istilah sebagai generasi milenial, yaitu generasi yang lahir mulai dari tahun 1981 sampai dengan tahun 2000.


Saat ini, secara statistik jumlah populasi generasi milenial di Indonesia sudah pada kisaran 33% sampai dengan 34 % dari total penduduk Indonesia. Dan diproyeksikan komposisi demografis generasi milenial akan semakin dominan seiring dengan semakin berkurangnya jumlah generasi baby boomer (yang lahir di kisaran tahun 1946-1964)  dan generasi X (generasi yang kini berusia 35 tahun sampai 55 tahun).

Artinya, target pasar potensial bagi dana pensiun sepuluh tahun ke depan adalah para generasi milenial ini. Jika saat ini generasi milenial paling muda berusia 17 tahun dan paling tua berusia 36 tahun, maka sampai dengan sepuluh tahun ke depan generasi yang sudah melek teknologi tersebut akan menjadi potensial market paling besar bagi dana pensiun.

Hanya saja, saat ini dana pensiun masih belum dikenal oleh generasi milenial. Berdasarkan hasil survei Alvara Research Center (2017), produk-produk keuangan yang sudah dikenal dan digunakan generasi milenial diantaranya adalah tabungan, deposito, kredit, asuransi dan investasi unitlink. Melihat hal tersebut, jika ingin berhasil masuk ke ceruk pasar generasi milenial, industri dana pensiun harus menggunakan pendekatan yang tepat sesuai dengan karakter si generasi milenial tersebut.

Lebih dinamis  

Di dalam studi yang dilakukan oleh para pemerhati generasi milenial, secara garis besar generasi milenial memiliki tiga karakter utama yang menonjol, yaitu creative, connected dan confidence (Hasanudin Ali:2017).

Karakter creative (kreatif) memiliki keterkaitan erat dengan pilihan pekerjaan generasi milenial. Arus utama generasi milenial cenderung lebih memilih sebagai pekerja mandiri di sektor kreatif daripada menjadi pegawai negeri sipil, karyawan BUMN maupun karyawan swasta.

Berdasarkan kecenderungan ini, kebutuhan generasi milenial terhadap program pensiun dapat dilayani oleh dana pensiun lembaga keuangan (DPLK). Tantangannya adalah, generasi milenial cenderung terbiasa berpikir out of the box (diluar dari kebiasaan). Makanya,  generasi milenial tidak akan menerima sesuatu yang biasa-biasa saja. Mereka akan membandingkannya dengan instrumen keuangan lain yang juga dapat digunakan sebagai cadangan untuk kebutuhan di masa tua.

Dengan demikian, program pensiun yang ditawarkan harus memiliki nilai lebih yang dapat dirasakan oleh generasi milenial. Dalam konteks ini, manfaat lain yang diperkenalkan sebagai variasi manfaat pensiun sebagaimana diatur dalam Peraturan OJK Nomor 5/POJK.05/2017 tentang Iuran, Manfaat Pensiun dan Manfaat Lain merupakan salah satu alternatif jawaban untuk membuat desain program pensiun menjadi lebih dinamis dan millenial’s friendly.

Terkait dengan karakter connected (terhubung), generasi milenial cenderung melek media sosial. Mereka terhubung satu sama lain melalui berbagai perangkat media sosial. Pola hubungan yang terbentuk di media sosial cenderung equal atau berdasarkan pada prinsip kesetaraan.

Kecenderungan umum dalam pola hubungan equal ini, setiap orang ingin menjadi yang paling eksis, dengan membanggakan kelebihan yang dimilikinya. Oleh karena itu, tugas penting dalam upaya memasarkan dana pensiun adalah bagaimana menjadikan produk dana pensiun nge-hits, sehingga kebanggaan seseorang meningkat ketika memiliki program pensiun.

Sedangkan terkait dengan karakter confidence, atau rasa percaya diri, generasi milenial cenderung yakin pada kemampuan dirinya sendiri. Oleh karena itu, salah satu pantangan generasi milenial adalah berharap santunan sosial atau belas kasihan dari orang lain.

Mereka akan cenderung memilih untuk mempersiapkan diri melalui instrumen-instrumen yang dianggap tepat. Seperti investasi di sektor properti, investasi di pasar modal, asuransi, tabungan, ataupun produk-produk dana pensiun.

Dalam konteks ini, tugas paling penting dari industri dana pensiun adalah bagaimana menyadarkan generasi milenial bahwa masa setelah tidak lagi mampu bekerja berpotensi menjadi masa rawan krisis finansial, serta meyakinkan bahwa dana pensiun merupakan produk yang paling tepat untuk menjadi solusi atas situasi rawan krisis finansial tersebut.                                

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tri Adi