Dana Perbankan di SBI Terus Melorot



JAKARTA. Pengucuran kredit terus tumbuh, padahal simpanan masyarakat tidak bertambah. Situasi ini membuat perbankan mengambil sebagian dananya di Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Berdasarkan data BI dari Januari sampai akhir Agustus 2008, dana perbankan di SBI telah turun sebesar Rp 142 triliun.

Guyuran kredit yang deras ini tak dibarengi dengan tumbuhnya simpanan yang masuk ke bank. Sampai akhir semester satu, kredit perbankan tumbuh hingga 31,6%. Sedangkan simpanan atau dana pihak ketiga (DPK) bank tumbuh hanya 14,7%. Data sementara BI bahkan juga menyebutkan kalau sampai Juli 2008, kredit industri perbankan juga sudah tumbuh hingga 33,4%.

Anehnya, tingginya kucuran kredit tidak tercermin lewat tingginya transaksi di sistem perbankan. Apalagi dana kredit tersebut hanya berpindah tangan dari perbankan ke debitur.


Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual mengatakan, banyak nasabah yang mengajukan kucuran kredit dalam bentuk valuta asing (valas). Ini digunakan untuk pembiayaan impor. "Ini yang membuat kredit valas lebih cepat pertumbuhannya dibanding kredit rupiah dalam waktu yang sama," tutur David. Sepanjang semester pertama 2008, loan to deposit ratio (LDR) valas bank umum mencapai 85,23%. Jauh lebih tinggi kalau kita bandingkan dengan LDR rupiah yang hanya mencapai 71,61%.

Tapi dana tersebut dibiarkan mengendap di luar negeri. Apalagi berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pada bulan Juli lalu, total ekspor Indonesia hanya US$ 12,55 miliar. Sementara, nilai impor mencapai US$ 12,82 miliar.

Padahal rekening pemerintah di BI terus tumbuh. Dalam catatannya, ada kenaikan rekening pemerintah di BI sebesar Rp 147 triliun dalam kurun waktu awal Januari 2008 sampai akhir Agustus 2008. Dana ini berasal dari penerimaan pajak dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Sedangkan perbankan membutuhkan dana untuk terus menggelontorkan kredit sektor riil. Oleh karena itu, perbankan menawarkan bunga menggiurkan untuk menggaet dana masyarakat. Tapi cara ini tidak begitu berhasil, karena kue simpanan yang diperebutkan oleh masyarakat masih tetap sama dan tidak bertambah. "Jadi perbankan hanya memperebutkan peralihan dana simpanan yang berada di bank lain. Tapi jumlahnya tetap tidak bertambah," tambah David. Dengan demikian, cara ini tidak begitu berhasil untuk menggaet dana masyarakat.

Hal yang sama juga diungkapkan Kepala Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk Anton Gunawan. Dia menyampaikan bahwa rekening pemerintah di BI makin membuat likuiditas perbankan seret. "Padahal korporasi membutuhkan dana dari perbankan karena mereka enggan untuk mencari dana lewat obligasi karena pasar keuangan sedang tidak stabil," tambahnya. Kesulitan ini terutama dialami oleh perbankan BUMN karena banyaknya permintaan kredit korporasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie