JAKARTA. Tsunami menggulung pasar saham di Asia. Dalam sekejap, nilai aset saham di bursa saham merosot triliunan dollar AS. Lihat saja. Berdasarkan data yang dihimpun KONTAN, belum genap sebulan, nilai saham di 12 bursa saham Asia merosot US$ 2,49 triliun atau sekitar Rp 24.402 triliun (kurs US$ 1=Rp 9.800). Hitungan ini mengacu pada perbandingan nilai kapitalisasi pasar saham per 24 Juni 2013 dengan rekor tertinggi setiap bursa saham di tahun ini. Rata-rata, rekor tertinggi setiap bursa tercetak pada akhir Mei 2013.
Nah, dari sisi persentase, kapitalisasi pasar saham Filipina tercatat yang anjlok paling dalam. Nilai pasar saham negeri itu longsor 23,4% dari rekor tertingginya. Dari sisi nilai, bursa saham Hong Kong tercatat turun paling dalam. Sebulan ini, nilai aset saham di bursa Hong Kong turun sekitar US$ 588 miliar atau nyaris Rp 5.762 triliun. Penurunan nilai aset saham ini tak lepas dari keluarnya dana asing dari pasar saham di Asia. Apalagi semenjak Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat, Ben Bernanke, memberikan sinyal penghentian stimulus keuangan mulai akhir tahun. Bernanke melihat, ekonomi Paman Sam mulai membaik sehingga tak perlu lagi dana talangan. Sontak, menurut Kepala Riset Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo, hal ini memicu investor mengambil posisi cash. Dana-dana mereka yang selama ini memutarkan dan menggairahkan bursa saham di kawasan emerging market, terutama di Asia, ditarik dan pulang kampung. Akibatnya, bursa saham di Asia dan berbagai belahan bumi lainnya, Pada saat bersamaan, China, jangkar ekonomi Asia, terus diterpa sentimen negatif. Yang terbaru, Goldman Sachs menurunkan estimasi pertumbuhan ekonomi China tahun 2013 menjadi 7,4% dari perkiraan semula 7,8%.
Penilaian Goldman Sach ini makin memicu kekhawatiran investor akan datangnya krisisi di Asia. Mereka pun makin menjauhi bursa saham di kawasan Asia. Jhon Veter, Managing Director Investa Saran Mandiri, memperkirakan, gejolak di bursa saham Asia tak akan berlangsung lama. Prediksi dia, bursa kembali normal pada bulan depan. "Bursa Asia turun fantastis, juga akan naik secara fantastis," tandas Jhon, kemarin. Setali tiga uang, Reza Nugraha, analis MNC Securities juga yakin, pasar asia bakal berangsur normal dalam satu hingga dua bulan mendatang. Khusus bursa saham Indonesia, Reza melihatnya akan segera bangkit. Apalagi, Moody's sudah merespon positif atas kenaikan harga bahan BBM bersubsidi. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Avanty Nurdiana