Danai proyek GWK Bali, utang jadi pilihan ASRI



JAKARTA. PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) mendapatkan dana segar untuk melanjutkan proyek Garuda Wisnu Kencana (GWK) di Bali. ASRI lewat anak usahanya PT Garuda Adhimatra Indonesia mendapat utang Rp 300 miliar dari Bank CIMB Niaga.

Analis Batavia Prosperindo Sekuritas, Steven Gunawan menilai, keputusan ASRI mengambil pinjaman itu sudah tepat. "Sepanjang semester I, ASRI telah melunasi seluruh utang bank, sehingga per 30 Juni 2013 sudah tidak ada utang bank lagi," ujar dia. Sehingga, kewajiban ASRI tersisa obligasi dollar AS senilai US$ 369 juta.

Dengan memasukkan utang Rp 300 miliar, debt to equity ASRI akan naik menjadi 0,76 kali, dari 0,71 kali. "Masih aman karena masih di bawah 1 kali," ujar Steven.


Saat kondisi volatil, menurut dia, pinjam ke bank sangat tepat. Apalagi bunganya masih di 9,25%, lebih rendah dibanding kupon obligasi.

Steven memperkirakan, jika menerbitkan obligasi, ASRI harus menawarkan bunga 10%. Lagi pula, proses menerbitkan obligasi membutuhkan waktu lebih lama dan perlu berbagai biaya emisi.

Sementara jika menggunakan opsi pembiayaan seperti rights issue bisa berdampak negatif pada pemegang saham karena ada efek dilusi. "Tapi, ASRI termasuk salah satu emiten properti dengan eksposur terhadap dollar AS terbesar," ujar Steven. Maklum, ASRI masih memiliki obligasi dollar. Sementara kas dalam dalam dollar ASRI sampai akhir Juni 2013, hanya sebesar US$ 97 juta.

Manajemen ASRI sebelumnya menargetkan, GWK dapat menyumbang pendapatan Rp 70 miliar di tahun ini. Namun menurut, Triwira Tjandra, analis Ciptadana Securities, proyek GWK belum bisa menghasilkan kas. Dia menilai, proyek GWK baru terasa dalam jangka menengah atau jangka panjang.

Selain proyek GWK, ASRI juga telah mulai membangun gedung perkantoran, The Tower, di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan. Gedung ini akan memiliki 50 lantai dan tinggi 211,8 meter.

Triwira menilai, pembangunan perkantoran ini cukup strategis karena terletak di segitiga emas Jakarta, sehingga permintaan cukup tinggi. Apalagi, menurut dia, permintaan untuk segmen perkantoran lebih menjanjikan.

Perkantoran ini, menurut Triwira, juga masuk dalam grade A alias premium dengan tingkat okupansi di atas 95%, sehingga harga jual juga lebih tinggi.

Meski penjualan sudah dilakukan sejak April 2013, dia menduga, marketing sales masuk di tahun ini, sebab penjualan perkantoran hanya memakai sistem komitmen.

Steven menambahkan, nantinya ASRI akan menjual gedung perkantoran tersebut. "Sebagian besar untuk dijual, padahal sebenarnya cocok untuk mendorong recurring income," ujar dia. Apalagi, pendapatan berulang ASRI termasuk rendah yaitu hanya 6% dari total pendapatan pada semester I 2013.

Steven menghitung, ASRI bisa meraih dana Rp 1,98 triliun dari The Tower. Karena itu dia merekomendasikan buy saham ASRI dengan target harga Rp 1.239 per saham.

Analis UOB Kay Hian, Marwan Halim juga merekomendasikan buy dengan target harga Rp 610. Natalia Sutanto, analis Indo Premier Securities juga menyarankan beli saham ini dengan target harga Rp 920. Harga ASRI, kemarin, naik 10,87% ke Rp 510. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Avanty Nurdiana