JAKARTA. PT PLN (Persero) bersikeras untuk memperjuangkan pasokan gas. Sebab, dengan adanya pasokan gas yang cukup, PLN diharapkan mampu melakukan penghematan sebesar Rp 15 triliun per tahun. PLN menghitung, kebutuhan gas PLN tiap tahunnya rata-rata mencapai 1.500 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Sayangnya, pasokan gas yang ada saat ini hanya 300-400 mmscfd."Tahun lalu saya memang belum keras ngomong soal gas karena masih ada yang harus diselesaikan yakni krisis listrik dan daftar tunggu. Sekarang persoalan tersebut sudah selesai, PLN akan berjuang mendapatkan gas," ujar Direktur Utama PLN Dahlan Iskan, Jumat (17/6).Tak mampu mendapatkan pasokan gas, BUMN setrum itu berniat untuk melakukan impor gas. Cuma, PLN belum bisa memutuskan akan mengimpor gas dari negara mana. "Untuk impor gas kita sedang menjajaki beberapa negara seperti Iran, Kuwait, bahkan kalau perlu Papua Nugini," jelas Dahlan.Dahlan melanjutkan, rencana impor gas PLN tak bisa terlaksana. Sebab, saat ini menunggu pembangunan floating storage receiving terminal Jawa Barat dan Medan kelar. Untuk receiving terminal Jawa Barat sudah dilakukan ground breaking pada 27 Mei 2011 lalu. Sementara untuk pembahasan perjanjian jual beli gas masih dalam proses dengan target selesai pada Agustus 2011. Pembangunan floating storage ini mundur dari jadwal. Semula, pemerintah mengharapkan selesai pada September 2011 tapi molor hingga Februari 2012.Sementara itu untuk floating storage yang ada di Medan, masih dalam pembahasan head of agreement. Berbeda dengan receiving terminal di Jawa Barat yang sudah ada pasokan gas, untuk Medan masih belum mendapatkan kepastian. PGN masih melakukan negosiasi untuk mendapatkan LNG dari Tangguh guna memenuhi pasokan gas receiving terminal Medan. Target pemerintah pengoperasian fsrt Medan akan direncanakan pada kuartal 3 tahun 2012.Sementara itu, Anggota Komisi VII dari fraksi Golkar, Bobby Rizaldi mengatakan PLN tidak perlu impor gas. Pasalnya, pasokan gas di dalam negeri masih mencukupi. "PLN hanya tinggal mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan gas dan harus mampu bersaing dengan yang lain untuk mendapatkan gas," kata Bobby. Misalnya, PLN harus segera meminta kembali jatah gas yang dipakai oleh PGN.Menurut Bobby, Pasokan gas dari Jambi Merang dan Lematang merupakan pasokan gas untuk PLN. Namun, karena PLN masih belum siap untuk menyerap gas tersebut, sehingga PGN mengambil alih. "Padahal dalam PJBGnya itu jelas-jelas pasokan gas untuk PLN dan untuk dibawa ke pembangkit di Jawa," tutur Bobby.Untuk pasokan gas dari Jambi Merang (Talisman) PLN mampu memperoleh pasokan gas sebesar 85 mmbtud dan dari Lematang (Medco), PLN akan memperoleh tambahan pasokan gas 50 mmbtud. Pasokan gas itu, kata Bobby mampu menerangi 450 megawatt (MW). Begitu juga dengan pasokan gas dari Premier Oil Lapangan Gajah Biru, PLN mendapatkan potensi alokasi gas 50 mmbtud untuk wilayah Batam. Namun, karena PLN belum memiliki pembangkit, ada kemungkinan besar gas dari Lapangan Gajah Biru akan dikirim ke Singapura."Ini bukti bahwa PLN belum mengoptimalkan perolehan gas dari dalam negeri. Kalau impor gas kan harganya lebih mahal ketimbang gas dari dalam negeri," jelas Bobby.Menanggapi hal ini, Dahlan mengatakan, PLN sedang menyusun strategi untuk memperoleh kembali gas yang dipinjam PGN tersebut. "Hal ini sudah didiskusikan oleh direksi dan kami akan ambil kembali gas tersebut," kata Dahlan singkat.Perusahaan setrum plat merah ini berencana untuk tidak lagi menggunakan BBM saat beban puncak. Nantinya, untuk memenuhi kebutuhan beban puncak akan direncanakan PLTG berbahan bakar LNG (Untuk wilayah Jawa dan Sumatera), mini LNG (Regional Indonesia Timur), dan CNG (pengganti bbm sementara LNG belum siap). Tak hanya itu, PLN juga merencanakan akan menggunakan pumped storage dan PLTA reservoir.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Dapat gas, PLN bisa menghemat Rp 15 triliun
JAKARTA. PT PLN (Persero) bersikeras untuk memperjuangkan pasokan gas. Sebab, dengan adanya pasokan gas yang cukup, PLN diharapkan mampu melakukan penghematan sebesar Rp 15 triliun per tahun. PLN menghitung, kebutuhan gas PLN tiap tahunnya rata-rata mencapai 1.500 juta kaki kubik per hari (mmscfd). Sayangnya, pasokan gas yang ada saat ini hanya 300-400 mmscfd."Tahun lalu saya memang belum keras ngomong soal gas karena masih ada yang harus diselesaikan yakni krisis listrik dan daftar tunggu. Sekarang persoalan tersebut sudah selesai, PLN akan berjuang mendapatkan gas," ujar Direktur Utama PLN Dahlan Iskan, Jumat (17/6).Tak mampu mendapatkan pasokan gas, BUMN setrum itu berniat untuk melakukan impor gas. Cuma, PLN belum bisa memutuskan akan mengimpor gas dari negara mana. "Untuk impor gas kita sedang menjajaki beberapa negara seperti Iran, Kuwait, bahkan kalau perlu Papua Nugini," jelas Dahlan.Dahlan melanjutkan, rencana impor gas PLN tak bisa terlaksana. Sebab, saat ini menunggu pembangunan floating storage receiving terminal Jawa Barat dan Medan kelar. Untuk receiving terminal Jawa Barat sudah dilakukan ground breaking pada 27 Mei 2011 lalu. Sementara untuk pembahasan perjanjian jual beli gas masih dalam proses dengan target selesai pada Agustus 2011. Pembangunan floating storage ini mundur dari jadwal. Semula, pemerintah mengharapkan selesai pada September 2011 tapi molor hingga Februari 2012.Sementara itu untuk floating storage yang ada di Medan, masih dalam pembahasan head of agreement. Berbeda dengan receiving terminal di Jawa Barat yang sudah ada pasokan gas, untuk Medan masih belum mendapatkan kepastian. PGN masih melakukan negosiasi untuk mendapatkan LNG dari Tangguh guna memenuhi pasokan gas receiving terminal Medan. Target pemerintah pengoperasian fsrt Medan akan direncanakan pada kuartal 3 tahun 2012.Sementara itu, Anggota Komisi VII dari fraksi Golkar, Bobby Rizaldi mengatakan PLN tidak perlu impor gas. Pasalnya, pasokan gas di dalam negeri masih mencukupi. "PLN hanya tinggal mengoptimalkan pemenuhan kebutuhan gas dan harus mampu bersaing dengan yang lain untuk mendapatkan gas," kata Bobby. Misalnya, PLN harus segera meminta kembali jatah gas yang dipakai oleh PGN.Menurut Bobby, Pasokan gas dari Jambi Merang dan Lematang merupakan pasokan gas untuk PLN. Namun, karena PLN masih belum siap untuk menyerap gas tersebut, sehingga PGN mengambil alih. "Padahal dalam PJBGnya itu jelas-jelas pasokan gas untuk PLN dan untuk dibawa ke pembangkit di Jawa," tutur Bobby.Untuk pasokan gas dari Jambi Merang (Talisman) PLN mampu memperoleh pasokan gas sebesar 85 mmbtud dan dari Lematang (Medco), PLN akan memperoleh tambahan pasokan gas 50 mmbtud. Pasokan gas itu, kata Bobby mampu menerangi 450 megawatt (MW). Begitu juga dengan pasokan gas dari Premier Oil Lapangan Gajah Biru, PLN mendapatkan potensi alokasi gas 50 mmbtud untuk wilayah Batam. Namun, karena PLN belum memiliki pembangkit, ada kemungkinan besar gas dari Lapangan Gajah Biru akan dikirim ke Singapura."Ini bukti bahwa PLN belum mengoptimalkan perolehan gas dari dalam negeri. Kalau impor gas kan harganya lebih mahal ketimbang gas dari dalam negeri," jelas Bobby.Menanggapi hal ini, Dahlan mengatakan, PLN sedang menyusun strategi untuk memperoleh kembali gas yang dipinjam PGN tersebut. "Hal ini sudah didiskusikan oleh direksi dan kami akan ambil kembali gas tersebut," kata Dahlan singkat.Perusahaan setrum plat merah ini berencana untuk tidak lagi menggunakan BBM saat beban puncak. Nantinya, untuk memenuhi kebutuhan beban puncak akan direncanakan PLTG berbahan bakar LNG (Untuk wilayah Jawa dan Sumatera), mini LNG (Regional Indonesia Timur), dan CNG (pengganti bbm sementara LNG belum siap). Tak hanya itu, PLN juga merencanakan akan menggunakan pumped storage dan PLTA reservoir.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News