Dapat Insentif PPN DTP dan FLPPP, Bank BTN Yakin Kredit Naik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) optimistis prospek permintaan kredit bakal ciamik. Ini menyusul adanya dua kebijakan pemerintah yang dinilai positif untuk sektor perumahan.

Adapun, dua insentif tersebut adalah perpanjangan insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) dan penambahan kuota subsidi Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Pemerintah melalui Kementerian Keuangan menyebutkan bahwa anggaran telah disiapkan untuk kedua langkah tersebut.

Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu mengaku senang dengan keputusan pemerintah memberikan relaksasi untuk sektor perumahan melalui penambahan insentif.


“Menurut pengalaman kami sebelumnya, diskon PPN 100% terhadap industri perumahan itu biasanya korelasinya positif, dan penjualan rumah pasti naik. Ini juga yang diharapkan oleh market,” ujar Nixon dalam keterangan resminya, Senin (2/9).

Ia bilang perpanjangan insentif tersebut merupakan langkah yang ditunggu-tunggu oleh semua stakeholders sektor perumahan, baik developer, konsumen, maupun bank sendiri sebagai penyalur KPR.

Baca Juga: Pengguna BTN Cash Management Naik 75% Capai 17.000 perusahaan per Agustus 2024

Terlebih, sebagai pemimpin pasar KPR di Indonesia, BTN memiliki competitive advantage yang membuat perseroan mampu bersaing dengan bank lain, termasuk bank swasta besar yang juga berkecimpung di pembiayaan perumahan.

Hal itu terlihat dari pencapaian BTN di sisi segmen properti menengah ke atas (emerging affluent) dan segmen atas (affluent). Bahkan manajemen mendirikan Sales Center khusus untuk menangani permintaan rumah mewah dan bermitra dengan para pengembang papan atas. Nixon mengatakan, di segmen affluent atau rumah dengan harga di atas Rp750 juta pertumbuhannya patut dibanggakan. 

“Belakangan ini pertumbuhannya sangat pesat, dengan booking rate di Sales Center sudah 20 persen dari total KPR non subsidi kami,” ujar Nixon.

Saat ini, BTN telah memiliki 6 Sales Center yang tersebar di kantung-kantung perumahan menengah ke atas. dan pada semester 2 tahun ini, BTN akan menambahkan 3 Sales Center baru, sehingga totalnya menjadi 9 kantor. 

“Berdasarkan perhitungan kami, jika kami sudah punya 12 Sales Center, kemungkinan kontribusinya sudah lebih dari 50 persen booking rate KPR non subsidi,” tutur Nixon.

Tidak hanya optimistis di pertumbuhan KPR non-subsidi, BTN juga meyakini permintaan untuk rumah subsidi juga masih akan meningkat, apalagi dengan ditambahkannya kuota subsidi FLPP oleh pemerintah menjadi 220.000 unit, dari sebelumnya 166.000 unit. 

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono mengatakan, pada September ini, pemerintah akan menambah 34.000 unit FLPP atau senilai Rp4,3 triliun.

Baca Juga: Menanti Pemangkasan Suku Bunga The Fed, Saham Bank Ini Berpotensi Naik Lagi

Hingga 28 Agustus lalu, BTN telah menyalurkan FLPP sebanyak 121.593 unit. Kemudian potensi akad KPR FLPP selama Agustus hingga Desember 2024 masih mencapai lebih dari 60.000 unit. Menurut perhitungan BTN, kebutuhan kuota KPR selama Agustus hingga Desember 2024 mencapai sekitar 29.000 unit. 

Dengan telah habisnya kuota FLPP pada Agustus 2024, BTN melihat, daya beli masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) di penjualan rumah segmen bawah masih tinggi. 

“Tidak ada yang menyangka bahwa di awal Agustus, kuotanya sudah habis,” kata Nixon.

Nixon optimistis, permintaan rumah di kalangan MBR masih akan meningkat hingga tahun depan, sehingga pemerintah juga melihat kebutuhan penambahan kuota FLPP. Selain itu, pemerintahan baru di bawah Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka juga telah menargetkan 3 juta rumah baru di seluruh Indonesia, yang menunjukkan keseriusan untuk menangani backlog perumahan. 

Namun, kata Nixon, untuk dapat menopang misi itu, dibutuhkan skema pembiayaan baru untuk program KPR subsidi agar tidak membebani APBN. 

“Saat ini BTN masih dalam pembicaraan dengan pemerintah terkait perubahan skema FLPP yang sekarang ke skema baru yang menggunakan dana abadi, yang lebih mendekati subsidi selisih bunga,” papar Nixon.

Dengan adanya skema baru yang lebih efisien dan tepat sasaran, BTN melihat permintaan KPR subsidi di masa depan akan dapat dipenuhi dengan lebih efektif dan mengurangi backlog perumahan.  

Meski demikian, BTN tetap berhati-hati dengan pertumbuhan kreditnya di tengah likuiditas yang masih mahal. Kendati terdapat perkiraan pemangkasan suku bunga The Fed pada September ini, perseroan tetap berpegang pada target pertumbuhan kreditnya yang telah direvisi menjadi sekitar 10-11%.

“Ketika likuiditas mahal, maka ekspansinya harus mulai diturunkan secara hati-hati,” pungkas Nixon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Putri Werdiningsih