KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) tengah menyiapkan strategi pendanaan. Ini berkaitan dengan surat utang US$ 235 juta yang bakal jatuh tempo 2020. "
Refinancing surat utang US$ 235 juta sudah dalam perencanaan," ujar Tony Rudianto, Sekretaris Perusahaan ASRI kepada KONTAN belum lama ini. Mengingatkan saja, surat utang itu diterbitkan pada 27 Maret 2013. Surat utang yang setara dengan Rp 3,38 triliun itu bertenor 7 tahun dengan bunga tetap 6,95% per tahun.
Dalam perjanjian, ASRI wajib melunasi surat utang tersebut sama dengan jumlah pokok pada tanggal jatuh tempo. Tapi, ASRI diperbolehkan membayar kembali (
refinancing) surat utangnya itu, baik sebagian maupun seluruhnya. ASRI diperkenankan melakukan
refinancing setelah 27 Maret 2017 dengan harga penebusan tertentu. Adapun harga penebusannya adalah, 103,475% jika refinancing dilakukan pada 2017, 101,738% pada 2018 dan 100% pada 2019. Penerbitan surat utang tersebut untuk keperluan ekspansi. Pada saat penerbitan, surat utang memperoleh rating B1 dari lembaga pemeringkat Moody's Investors Services. Seiring dengan berjalannya waktu, profil surat utang berubah. Pemicunya beragam, baik dari kondisi makro maupun internal perusahaan. Ini yang membuat Moody's menurunkan outlook ASRI dari semula stabil menjadi negatif. Moody's juga mengubah rating perusahaan dan surat utangnya itu menjadi B2. Alasannya, Moody's menilai ASRI tengah kekurangan likuiditas. Hal ini akan menyulitkan ASRI untuk melunasi kewajibannya. Terlebih, ASRI hanya memiliki cash sekitar Rp 904 miliar per Juni 2018. Sementara, berdasarkan perhitungan Moody's, ASRI hanya akan mampu mengumpulkan cash sekitar Rp 1 triliun-Rp 1,7 triliun dalam 12 bulan hingga 18 bulan kedepan. Jika dijumlahkan, hasilnya belum cukup untuk melunasi surat utang. Padahal, ASRI juga punya surat utang US$ 245 juta yang jatuh tempo 24 April 2022. "Sementara ASRI belum punya rencana konkrit untuk melunasi utang tahun 2020," ujar Jacintha Poh, Analis Senior Moody's dalam rilis resmi, Rabu (12/9). Depresiasi rupiah yang membuat suku bunga naik juga jadi tantangan tambahan.
Tony bilang Moody's memiliki basis perhitungannya sendiri. Lain Moody's, lain juga ASRI, terutama soal refinancing. Dia memastikan, akan ada aksi korporasi untuk surat utang tersebut. "Kami hanya menunggu kondisi bond market yang lebih stabil," imbuhnya. Sayang, dia belum bersedia merinci kapan dan aksi korporasi apa yang bakal diambil. "Karena 2020 masih relatif lama," tandasnya. Terkait likuiditas, Tony juga memastikan jika kondisi keuangan perusahaan saat ini masih dalam kondisi yang sehat. Ini tercermin dari posisi ASRI yang sudah mengumpulkan pra penjualan atawa marketing sales Rp 3 triliun per Juni 2018. Angka itu setara sekitar 75% dari target marketing sales perusahaan tahun ini. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Narita Indrastiti