KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) memberikan pembiayaan kepada pelaku UKM ekspor. Salah satunya penerima pembiayaan itu, CV Pria Tampan yang memproduksi batik ekspor asal Solo. Hingga Agustus 2021, UKM ini mampu melakukan pengiriman kain batik ke luar negeri senilai US$ 467.000. Nilai itu meningkat dibandingkan periode sebelumnya dengan nilai ekspor yang mencapai US$ 463.000. Selama 3 tahun terakhir, mayoritas negara tujuan ekspor ialah Kanada dan Amerika Serikat. Bulir-bulir putih yang timbul pada kain batik yang berasal dari proses pewarnaan kain merupakan ciri khas yang membuatnya diminati oleh pasar mancanegara.
Andri Setyawan, CEO dari CV Pria Tampan menilai penting untuk tetap optimistis dan memiliki pola pikir positif agar bisa menghadapi pandemi. Mau tidak mau harus lebih jeli dalam memanfaatkan segala peluang yang ada, meski sangat kecil. "Selain itu, kita juga harus memanfaatkan segala bantuan yang diberikan Pemerintah seperti saya juga telah memanfaatkan program Penugasan Khusus Ekspor (PKE) UKM dari LPEI. Bantuan tersebut sangat membantu kita dalam menjalankan usaha khususnya ditengah situasi seperti ini,” ujar Andri dalam keterangan tertulis Kamis (16/9).
Baca Juga: Wamenkeu: LPEI harus ciptakan terobosan baru dalam bekerja Sebenarnya, sektor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) menjadi salah satu sektor yang mengalami pukulan terdalam baik untuk pasar domestik maupun di pasar global. Berdasarkan kajian yang disusun oleh IEB Institute, sektor TPT berperan penting terhadap perekonomian Indonesia melalui kontribusinya kepada PDB, ekspor dan penyerapan tenaga kerja. Kontribusi Sektor TPT Indonesia terhadap total PDB nasional tahun 2020 sebesar 1,21% turun dari 1,26% pada 2019. Sedangkan kontribusi ekspor TPT terhadap total ekspor turun menjadi 6,12% di 2020 dari 7,15% pada 2019. Dari sisi total tenaga kerja (TK) sektor TPT berada pada kisaran 3 juta pekerja yang mencakup sekitar 2% hingga 3% dari total TK Indonesia. Dalam kacamata ekspor Industri TPT tertekan dari 3 sisi baik dari sisi permintaan, suplai dan distribusi diantaranya akibat kelangkaan kontainer yang mendorong kenaikan harga. Sepanjang tahun 2020 ekspor TPT hanya senilai US$ 10,55 miliar, turun -17,7% yoy dari tahun 2019. Penurunan tersebut terjadi di berbagai produk yaitu segmen benang -27,3% yoy, kain -15,7% yoy dan pakaian jadi -15,1% yoy. Kontribusi penurunan terbesar berasal dari penurunan pakaian jadi yang memiliki porsi 66% dari total ekspor TPT Indonesia. Tekanan terhadap industri TPT setidaknya masih terjadi hingga paruh pertama tahun 2021. Kinerja TPT sedikit terbantu oleh adanya permintaan APD untuk keperluan penanganan COVID 19. Namun permintaan terhadap APD tersebut tidak cukup besar untuk menutupi turunnya penjualan produk produk TPT secara keseluruhan.
Dari data penjualan ekspor, ekspor per tahun untuk setiap individu eksportir yaitu nilai penjualan ekspor per tahun dapat terlihat bahwa eksportir menunjukkan survival mode yang berbeda dari setiap eksportir. Eksportir kelas besar atau korporasi didukung jejaring yang kuat di pasar ekspor. Sementara itu sejumlah eksportir kelas menengah mengalami penurunan penjualan yang signifikan dan pada gilirannya menyebabkan mereka turun kelas. Eksportir TPT kelas kecil paling merasakan dampaknya sehingga beberapa eksportir harus keluar dari pasar ekspor. Sebaliknya terdapat sejumlah eksportir yang adaptif yang mampu merespon kebutuhan produk TPT di masa pandemi sehingga penjualan ekspornya ekspansif.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi