KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rapat umum pemegang saham (RUPS) 7 Februari 2018 kemarin akhirnya merestui rencana PT Modern Internasional Tbk menjual aset dengan nilai lebih dari 50% dari kekayaan bersih. RUPS itu adalah kelanjutan rapat pemegang saham sebelumnya pada 19 Januari 2018 yang tak kuorum. Aset yang masuk dalam objek penjualan meliputi properti, tanah dan bahan bangunan. Hanya, manajemen Modern Internasional belum bisa menyebutkan perkiraan akumulasi nilai jual aset-aset itu. Sebab, mereka belum melakukan revaluasi aset. Yang terang, Modern Internasional mengaku telah memiliki aset-aset tadi sejak sekitar 30 tahun yang lalu. "Otomatis kalau nilai sekarang jauh lebih tinggi," Johannis, Direktur PT Modern Internasional Tbk usai RUPS di Jakarta, Rabu (7/2).
Modern Internasional sengaja tak memasukkan aset berupa perlatan mesin di eks gerai 7-Eleven ke delam objek penjualan. Perusahaan berkode saham MDRN di Bursa Efek Indonesia itu beralasan, nilai penyusutan perlatan mesin sangat tinggi. Dalam kesempatan yang sama, Donny Sutanto, Komisaris PT Modern Internasional Tbk mengatakan, dana hasil penjualan aset untuk membayar utang dan mengembangkan bisnis mesin fotokopi. Asal tahu, bisnis mesin fotokopi berjalan di bawah anak perusahaan bernama PT Modern Data Solusi dengan merek Ricoh. Terkait dengan upaya pelunasan utang, Modern Internasional melakukan negosiasi dengan para kreditur seperti bank dan pemberi sewa (leasing). Mereka berharap bisa memperpanjang masa jatuh tempo pelunasan utang. Modern Internasional belum bisa menaksir nilai utang yang diharapkan bisa masuk agenda refinancing tadi. Namun kalau mengintip laporan keuangan 30 September 2017, perusahaan tersebut memiliki total liabilitas sekitar Rp 1,28 triliun. Sebanyak Rp 993,74 miliar di antaranya adalah utang jangka pendek. Adapun mesin fotokopi Ricoh sejatinya bukan bisnis baru bagi Modern Internasional. Namun memang, kontribusinya masih mini. Menurut catatan mereka, sekitar 10% terhadap total penjualan. Modern Internasional yakin, potensi bisnis mesin fotokopi masih besar. Maka dari itu, mereka berani menargetkan pertumbuhan penjualan 20% tahun ini. "Kami belum tentukan (detail pengembangannya), tetapi ini kan lebih cenderung untuk menaikkan omzet," tutur Johannis. Informasi saja, Modern Data Solusi tercatat sebagai agen importir Ricoh di Indonesia. Jaringan penjualan dan purna jualnya tersebar di Jakarta, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, Makassar, Denpasar, dan Batam. Boleh jadi, pengembangan mesin fotokopi menjadi satu-satunya agenda bisnis Modern Internasional tahun ini. Pasalnya, mereka mengurungkan niat untuk mengakuisisi PT Nusantara Agri Sejati.
Sekadar mengingatkan, Nusantara Agri adalah perusahaan yang bergerak dalam sektor peternakan sapi dan pengolahan susu. Perusahaan itu memiliki lahan peternakan 10 hektare (ha) dan 100 sapi di Sukabumi, Jawa Barat. Sudah ada pabrik dan mesin produksi juga di sana. Batalnya rencana diversifikasi bisnis Modern Internasional dengan mempertimbangkan sejumlah hasil analisis. Pengembangan bisnis baru membutuhkan dana yang tak sedikit untuk membangun infrastruktur. Manajemen Modern Internasional khawatir, realisasi rencana tersebut justru akan semakin membebani kinerja mereka. "Analisa mereka, dengan akuisisi ini belum tentu perusahaan bisa menjadi baik," ungkap Johannis. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sofyan Hidayat