Dapat restu RUPS, Dharma Satya (DSNG) targetkan produksi CPO naik 14% di tahun 2019



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) untuk mengakuisisi dua perusahaan kelapa sawit di Kalimantan Timur akhirnya direstui oleh para pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang diadakan pada hari ini, Senin (10/12).

Adapun dana untuk akuisisi ini mencapai Rp 1,35 triliun. Nilai transaksi ini mencapai 39% dari ekuitas DSNG sehingga merupakan transaksi material. Sumber dananya berasal dari pinjaman bank dan kas internal.

DSNG akan membeli 286.100 saham Bima Palma Nugraha (BPN) senilai Rp 1 triliun dan 63.600 saham Bima Agri Sawit (BAS) senilai Rp 348,4 miliar. Nilai akuisisi ini sudah termasuk utang afiliasi dan utang bank perusahaan.


Direktur Utama DSNG, Andrianto Oetomo menyatakan bahwa karena fundamental keuangan perusahaan masih cukup bagus, maka aksi akuisisi tersebut hanya akan sedikit mempengaruhi kas dan pinjaman bank perseroan.

"Tentu akan ada pengaruhnya, maka setelah akuisisi kita akan lakukan pembenahan. Dan kami juga berharap dari akuisisi ini bakal membantu meningkatkan kinerja keuangan kami di jangka panjang," ujarnya kepada kontan.co.id pada hari ini.

Lebih lanjut Andrianto mengatakan bahwa setelah mendapat persetujuan dalam RUPS, pihaknya akan melakukan Akuisisi Jual Beli (AJB) dalam waktu dekat. "Kalau tidak ada halangan, kemungkinan akan dilakukan pada akhir tahun ini," tambahnya.

Andrianto pun berharap dengan adanya akuisisi ini akan ada sinergi dengan kinerja operasional DSNG. "Kebetulan pabriknya ada di Kalimantan Timur. Jaraknya dari pabrik kami sekitar 100 kilometer sehingga diharapkan bisa membantu meningkatkan produksi CPO dan kinerja operasional kami," paparnya.

Dan bila akuisisi ini rampung, maka produksi CPO perseroan ditargetkan meningkat sebesar 14% di tahun 2019, lantaran dua perusahaan tersebut telah memiliki Pabrik Kelapa Sawit (PKS) sendiri. "Masing-masing memiliki 1 pabrik dan setelah diakuisisi bisa langsung bersinergi dengan kami. Itu untuk target produksinya, sedangkan untuk revenue tergantung pada harga CPO dunia," kata Andrianto.

Sementara itu, Corporate Communication DSNG Supriyadi Jamhir menuturkan bahwa luas lahan tertanam DSNG hingga 30 September 2018 sebesar 90.288 hektare. "Sementara luas lahan BPN dan BAS masih belum final dan akan kami infokan setelah AJB," tambahnya.

Ia juga menerangkan bahwa pihaknya akan menyiapkan sejumlah strategi untuk memperbaiki kinerja yang kurang memuaskan pada triwulan ketiga 2018 dan sekaligus menghadapi fluktuasi harga Crude Palm Oil (CPO).

"Kita akan melakukan efisiensi di semua lini untuk mengantisipasi masih lemahnya harga CPO," jelas dia.

Asal tahu saja, total kas dan setara kas DSNG di akhir periode 30 September 2018 hanya sebesar Rp 243,51 miliar.

Hingga kuartal ketiga tahun ini, penjualan DSNG mencapai Rp 3,3 triliun, turun 13% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Dari penjualan tersebut, segmen kelapa sawit berkontribusi 79% dan sisanya dari segmen produk kayu.

Beban pokok penjualan juga turun 9% dari Rp 2,56 triliun pada kuartal III 2018 menuju Rp 2,33 triliun pada kuartal III 2018.

Alhasil laba bersih DSNG pada triwulan ketiga tahun ini pun turun 19% menjadi Rp 277,25 miliar dari Rp 343,65 miliar pada triwulan ketiga tahun lalu.

Adapun harga rata-rata CPO DSNG hingga kuartal III 2018 mencapai Rp 7,5 juta per ton, turun sekitar 7% dibandingkan harga rata-rata sampai kuartal III tahun lalu sebesar Rp 8,1 juta per ton.

Selain itu dari sisi operasional, produksi Tandan Buah Segar (TBS) perseroan hingga kuartal III tahun 2018 tercatat sebesar 1,2 juta ton. Jumlah tersebut mengalami kenaikan signifikan sebesar 31% dibandingkan pada kuartal kedua (April-Juni) tahun ini.

Sampai bulan September 2018, DSNG juga berhasil meningkatkan tingkat ekstraksi minyak sawit (Oil Extraction Rate/OER) menjadi 23,70%, naik dari 22,83% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Selain itu, perusahaan juga mampu mempertahankan tingkat Free Fatty Acid (FFA) pada level di bawah 3%.

Sedangkan pada segmen produk kayu, Dharma Satya mencatat kenaikan pada produksi panel yang mencapai 20% menjadi 61.000 m3, dengan harga penjualan rata-rata juga naik sekitar 15% menjadi Rp 5,9 juta per m3.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia