Dapat restu terbitkan obligasi US$ 750 juta, ini rencana Indika Energy (INDY)



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indika Energy Tbk (INDY) mendapat restu penerbitan surat utang atau obligasi. Dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) yang dilaksanakan di Jakarta (26/10), pemegang saham menyetujui rencana perusahaan untuk menerbitkan obligasi maksimum sebesar US$ 750 juta.

Direktur Utama PT Indika Energy Tbk, M. Arsjad Rasjid P.M menyampaikan, penerbitan obligasi akan menyebabkan kenaikan beban bunga, namun transaksi tersebut juga akan berdampak baik bagi posisi keuangan perusahaan.

“Transaksi penerbitan obligasi ini akan memantapkan posisi keuangan Indika Energy untuk mengeksekusi rencana bisnis perusahaan untuk melakukan ekspansi atau diversifikasi usaha  ke sektor non-batubara,” ujar Arsjad kepada Kontan.co.id, Senin (26/10).


Catatan saja, nilai agregat maksimum obligasi sebesar US$ 750 juta setara dengan 77,75% dari nilai ekuitas perusahaan berdasarkan laporan keuangan konsolidasian per 30 Juni 2020. Dus, karena nilai transaksinya melebihi 50% dari ekuitas perusahaan, maka INDY wajib mengantongi persetujuan RUPS sebelum menerbitkan obligasi sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (1) huruf (d) angka (1) POJK 17/2020.

Arsjad menjelaskan, dana yang didapat  dari penerbitan obligasi akan digunakan untuk membiayai pelunasan Surat Utang Senior sejumlah US$ 265 juta yang akan jatuh tempo pada tahun 2022, serta melunasi jumlah terutang sebesar US$ 285 juta dari Surat Utang Senior US$ 500 juta yang jatuh tempo pada tahun 2023 mendatang.

Baca Juga: Indika Energy (INDY) menerbitkan surat utang US$ 450 juta dengan bunga 8,25%

Di luar pelunasan surat utang, dana hasil penerbitan obligasi juga  akan digunakan untuk mendanai rencana diversifikasi dan ekspansi kegiatan usaha non batubara serta membayar biaya-biaya yang berkaitan dengan penerbitan obligasi. Sayangnya, ia belum merinci detail rencana diversifikasi dan ekspansi kegiatan usaha non batubara yang dimaksud.

Menurut Arsjad, penggalangan dana melalui penerbitan obligasi menjadi pilihan alternatif pembiayaan tersendiri di tengah keterbatasan penyaluran pembiayaan oleh perbankan. Maklumlah, iklim usaha batu bara saat ini masih belum sepenuhnya di tengah situasi pandemi corona (covid-19).

Lebih lanjut, Arsjad juga mengungkapkan bahwa transaksi penerbitan obligasi membantu perusahaan untuk menjaga likuiditas dengan memperpanjang jatuh tempo surat utang perusahaan serta membantu perusahaan untuk membuka opsi pendanaan perseroan di masa mendatang dalam mengembangkan kegiatan dan berstrategi usaha.

Sebagai informasi, jumlah ekuitas INDY per 30 Juni 2020 tercatat sebesar US$ 964,62 juta, sedang jumlah liabilitasnya tercatat sebesar US$ 2,40 miliar. Dus, hitungan Kontan.co.id, rasio utang terhadap ekuitas alias debt to equity ratio INDY per 30 Juni 2020 mencapai sebesar 249,21%.

Sepanjang Januari-Juni 2020 lalu, INDY mencatatkan pendapatan bersih sebesar US$ 1,12 miliar, turun 18,22% dibanding pendapatan periode sama tahun lalu yang mencapai US$ 1,38 miliar. 

Seiring penurunan pendapatan, INDY membukukan rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias rugi bersih sebesar US$ 21,92 juta pada semester pertama tahun ini. Sebelumnya, INDY berhasil mencetak laba bersih US$  12,66 juta pada periode sama tahun lalu.

Selanjutnya: Moody's pertahankan peringkat Ba3 untuk obligasi Indika Energy (INDY)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .