Kendati usianya baru menginjak 27 tahun, Cokro Anton Wibowo telah menjadi pengusaha properti terkenal di Palembang, Sumatra Selatan. Di bawah bendera CV Bintang Bangun Persada, ia berhasil meraup omzet Rp 27 miliar per tahun.Usia muda dan minim pengalaman, bukanlah halangan untuk terjun ke dunia bisnis. Begitulah prinsip yang selama ini dipegang Cokro Anton Wibowo, pendiri sekaligus pimpinan CV Bintang Bangun Persada, perusahaan properti di Palembang, Sumatra Selatan.Walau umurnya baru 27 tahun, kiprahnya di bisnis properti bisa dibilang luar biasa. Di usianya yang masih muda, ia telah menghasilkan sejumlah proyek yang cukup terkenal di Kota Pempek.Salah satu proyek properti menjadi kebanggaan Cokro adalah Tanah Mas Residence. Kawasan hunian di Palembang ini dilengkapi wahana wisata air. "Objek wisata air ini satu-satunya yang ada di Palembang," kata Cokro bangga.Wisata air di kompleks hunian tersebut berupa danau buatan seluas 10 hektare. Danau ini dibekali dengan aneka fasilitas, seperti food court, arena pemancingan, flying fox, dan speedboat. Bagi penghuni Tanah Mas Residence yang ingin menikmati objek wisata itu tidak dipungut biaya alias gratis. Tapi, bagi masyarakat umum dikenai biaya Rp 5.000 per orang. "Arena ini menjadi pilihan anak muda dan keluarga di Palembang untuk berakhir pekan," ungkap Cokro. Cokro mulai terjun ke bisnis properti saat masih berusia 23 tahun. Tepatnya di tahun 2007 dengan mendirikan CV Bintang Bangun Persada.Hingga saat ini, Cokro sudah membangun lebih dari 400 rumah di wilayah Sumatra Selatan. Berkat prestasinya itu, belum lama ini, pengusaha properti muda asal Bumi Sriwijaya itu dinobatkan sebagai salah satu pemenang Wirausaha Muda Mandiri 2011 yang diselenggarakan oleh Bank Mandiri.Cokro sukses mengembangkan beragam model dan tipe rumah. Mulai dari rumah minimalis hingga rumah kategori menengah. Sementara, ukuran rumah yang dia bangun mulai dari tipe 36 hingga 105, dengan harga jual berkisar Rp 150 juta - Rp 900 juta. Dengan mempekerjakan 100 karyawan tetap serta puluhan tenaga lepas atawa freelance, Cokro bisa membangun sedikitnya 50 rumah dalam setahun. Dengan mendirikan rumah sebanyak itu, omzet yang masuk ke kantongnya mencapai Rp 27 miliar per tahun atau sekitar Rp 2,25 miliar sebulan.Awalnya, Cokro masih sangat awam dengan bisnis properti. Terlebih, latar belakang pendidikannya bukan arsitektur atau sejenisnya. Ia hanya menempuh pendidikan sarjana ekonomi di STIE Musi, Palembang pada tahun 2006 lalu. Perkenalannya dengan dunia properti di mulai tahun 2005, saat Cokro masih menjalani bisnis batubata. Saat itulah, ia melihat peluang yang besar di bidang properti.Seiring berjalannya waktu, keinginan Cokro masuk bisnis properti semakin kuat. Ia mulai merealisasikan keinginan merambah bisnis properti di tahun 2007.Awalnya, Cokro masih bermitra dengan perusahaan properti lainnya di Palembang. Dua tahun berselang atau tepatnya tahun 2009, ia memutuskan untuk menggarap bisnis properti secara mandiri. "Modal saya nekat dan berani," cetusnya. Tapi, pilihannya tidak salah. Terbukti, sejak terjun sendiri, bisnis propertinya kian berkembang. (Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Dari bisnis batu bata, Cokro sukses di properti (1
Kendati usianya baru menginjak 27 tahun, Cokro Anton Wibowo telah menjadi pengusaha properti terkenal di Palembang, Sumatra Selatan. Di bawah bendera CV Bintang Bangun Persada, ia berhasil meraup omzet Rp 27 miliar per tahun.Usia muda dan minim pengalaman, bukanlah halangan untuk terjun ke dunia bisnis. Begitulah prinsip yang selama ini dipegang Cokro Anton Wibowo, pendiri sekaligus pimpinan CV Bintang Bangun Persada, perusahaan properti di Palembang, Sumatra Selatan.Walau umurnya baru 27 tahun, kiprahnya di bisnis properti bisa dibilang luar biasa. Di usianya yang masih muda, ia telah menghasilkan sejumlah proyek yang cukup terkenal di Kota Pempek.Salah satu proyek properti menjadi kebanggaan Cokro adalah Tanah Mas Residence. Kawasan hunian di Palembang ini dilengkapi wahana wisata air. "Objek wisata air ini satu-satunya yang ada di Palembang," kata Cokro bangga.Wisata air di kompleks hunian tersebut berupa danau buatan seluas 10 hektare. Danau ini dibekali dengan aneka fasilitas, seperti food court, arena pemancingan, flying fox, dan speedboat. Bagi penghuni Tanah Mas Residence yang ingin menikmati objek wisata itu tidak dipungut biaya alias gratis. Tapi, bagi masyarakat umum dikenai biaya Rp 5.000 per orang. "Arena ini menjadi pilihan anak muda dan keluarga di Palembang untuk berakhir pekan," ungkap Cokro. Cokro mulai terjun ke bisnis properti saat masih berusia 23 tahun. Tepatnya di tahun 2007 dengan mendirikan CV Bintang Bangun Persada.Hingga saat ini, Cokro sudah membangun lebih dari 400 rumah di wilayah Sumatra Selatan. Berkat prestasinya itu, belum lama ini, pengusaha properti muda asal Bumi Sriwijaya itu dinobatkan sebagai salah satu pemenang Wirausaha Muda Mandiri 2011 yang diselenggarakan oleh Bank Mandiri.Cokro sukses mengembangkan beragam model dan tipe rumah. Mulai dari rumah minimalis hingga rumah kategori menengah. Sementara, ukuran rumah yang dia bangun mulai dari tipe 36 hingga 105, dengan harga jual berkisar Rp 150 juta - Rp 900 juta. Dengan mempekerjakan 100 karyawan tetap serta puluhan tenaga lepas atawa freelance, Cokro bisa membangun sedikitnya 50 rumah dalam setahun. Dengan mendirikan rumah sebanyak itu, omzet yang masuk ke kantongnya mencapai Rp 27 miliar per tahun atau sekitar Rp 2,25 miliar sebulan.Awalnya, Cokro masih sangat awam dengan bisnis properti. Terlebih, latar belakang pendidikannya bukan arsitektur atau sejenisnya. Ia hanya menempuh pendidikan sarjana ekonomi di STIE Musi, Palembang pada tahun 2006 lalu. Perkenalannya dengan dunia properti di mulai tahun 2005, saat Cokro masih menjalani bisnis batubata. Saat itulah, ia melihat peluang yang besar di bidang properti.Seiring berjalannya waktu, keinginan Cokro masuk bisnis properti semakin kuat. Ia mulai merealisasikan keinginan merambah bisnis properti di tahun 2007.Awalnya, Cokro masih bermitra dengan perusahaan properti lainnya di Palembang. Dua tahun berselang atau tepatnya tahun 2009, ia memutuskan untuk menggarap bisnis properti secara mandiri. "Modal saya nekat dan berani," cetusnya. Tapi, pilihannya tidak salah. Terbukti, sejak terjun sendiri, bisnis propertinya kian berkembang. (Bersambung)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News