KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (
IHSG) menguat 4,80% dalam sebulan terakhir. Namun, investor asing mencatat penjualan bersih atawa
net sell Rp 5,73 triliun pada periode tersebut. Sejumlah saham bank menjadi sasaran jual bersih asing . Di saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (
BBRI), asing mencatatkan
net sell senilai Rp 1,12 triliun. Saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (
BBNI) dan PT Bank Mandiri Tbk (
BMRI) juga mencatatkan
net sell masing-masing senilai Rp 638,6 miliar dan Rp 484,9 miliar. Pun demikian dengan saham PT Bank BTPN Syariah Tbk (
BTPS) yang mencatatkan
net sell hingga Rp 219,91 miliar dalam sebulan perdagangan. Sementara itu, dalam jajaran emiten perbankan
big four, hanya saham PT Bank Central Asia Tbk (
BBCA) yang masih menjadi buruan asing. Tercatat, saham BBCA mengalami
net buy bersih senilai Rp 3,2 triliun dan memuncaki daftar saham yang paling diburu asing, melansir RTI.
Analis Senior Sucor Sekuritas Edward Lowis menilai, dilepasnya saham-saham kelas kakap ini kemungkinan karena investor asing yang cenderung
risk-off dengan masih banyaknya faktor ketidakpastian menjelang tutup tahun. Dia menilai, BBCA merupakan bank yang terkena imbas paling minim. “Bisa dilihat dari performa bulanan mereka yang sudah balik ke level
pre-Covid,” ujar Edward kepada Kontan.co.id, Selasa (29/12).
Baca Juga: IHSG melesat 54% dalam 9 bulan terakhir, begini proyeksi untuk tahun depan Tak cuma dilihat dari net buy, BBCA juga menjadi satu-satunya saham perbankan LQ45 yang sudah positif sejak awal tahun. Dari enam emiten perbankan yang masuk ke dalam indeks LQ45, hanya saham BBCA yang sudah memberi
return positif sejak awal tahun, yakni 1,2%. Saham perbankan big four lainnya, yakni BBRI, BMRI, dan BBNI masih mencatatkan imbal hasil negatif, masing-masing 5%, 16,29%, dan 19,75% sejak awal tahun. Sementara saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (
BBTN) dan BTPS masing-masing terkoreksi 16,51% dan 9,65% secara
year-to-date (ytd). Meski secara harga saham masih
lagging, kinerja emiten perbankan diproyeksi bakal membaik. Analis Senior Sucor Sekuritas Edward Lowis menyebut, secara fundamental seharusnya ada perbaikan terutama dari segi kualitas aset dan juga profitabilitas di tahun depan.
Baca Juga: Investasi obligasi 2021, diversifikasi ke obligasi korporasi untuk mengejar yield Ekspektasi dia, tingkat
return on equity (ROE) mungkin bisa mendekati level 2019, meskipun masih belum sepenuhnya pulih. “Estimasi kami tentunya berdasarkan pandemi bisa dikontrol dengan baik dan vaksinasi bisa dimulai di kuartal kedua 2021,” ujar Edward kepada Kontan.co.id. Terkait potensi pembagian dividen dari emiten perbankan, Edward menilai kemungkinan pelaku pasar harus melihat dari masing-masing emiten. Untuk bank seperti BBCA, kemungkinan besar akan mempertahankan kebijakan dividen yang sama. Sedangkan untuk BBNI yang memiliki dampak yang paling besar, kemungkinan bisa mengurangi rasio pembayaran dividen tahun depan. “Untuk BMRI, BBRI, BBTN juga saya rasa mereka masih bisa me-
maintain dividend policy yang sama,” sambung Edward. Edward mengatakan, sektor perbankan masih cukup prospektif terutama apabila nanti arus dana asing sudah mulai masuk kembali. Dia menilai, sentimen utama yang bisa mengundang asing untuk kembali melirik saham sektor ini diantaranya dari perbaikan
asset quality. Perbaikan kualitas aset
akan sangat bergantung dengan kesuksesan vaksinasi dan seberapa cepat perekonomian dapat pulih kembali.
Baca Juga: Ini proyeksi IHSG di tahun 2021 dari Mandiri Sekuritas Selain itu, penempatan dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) juga akan sedikit membantu untuk meningkatkan pertumbuhan kredit tahun depan. Jika berbicara dari sisi laba, Sucor Sekuritas berekspektasi bank-bank besar sudah bisa mulai pulih paling lama di semester kedua 2021. “Dengan asumsi pertumbuhan kredit bisa merangkak naik dan
asset quality bisa di-
maintain di level yang sehat,” pungkas dia. Adapun pilihan Sucor Sekuritas untuk sektor perbankan antara lain
BMRI dengan target harga Rp 7.300 per saham,
BBTN dengan target harga Rp 2.100 per saham, dan PT Bank CIMB Niaga Tbk (
BNGA) dengan target harga Rp 1.820 per saham.
Baca Juga: IHSG turun 4,18% sejak awal tahun, bagaimana arah perdagangan terakhir 2020? Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati