Banyak orang yang berhasil mengembangkan hobinya menjadi sumber penghasilan utama. Seperti halnya Agung Mangempis, pemilik DZ Studio. Berawal dari hobi membuat efek panggung semasa kuliah, kini lulusan Fakultas Hukum Universitas Udayana ini, menjadi salah satu penyedia jasa efek panggung ternama di Bali.Meski tidak mengambil jurusan seni, namun bakat dan kegemarannya menata panggung terasah sejak kuliah. Ia dipercaya sebagai ketua bidang kesenian. Makanya, setiap pagelaran seni di kampus, Agung kerap terjun langsung mengurusi berbagai keperluan acara, mulai dari tata panggung hingga pembuatan efek panggung. "Saya semakin terbiasa membuat efek panggung," cerita pria kelahiran Bandung 37 tahun silam ini. Alhasil, setelah lulus kuliah pada tahun 2002, ia mendirikan usaha yang bergerak di bidang event management. Dengan mengusung nama PT Wika Bali International, ia mulai belajar mencari klien. Selama menjalankan usaha itu, banyak pula permintaan pembuatan efek panggung yang masuk.Ia pun tak menyia-nyiakan kesempatan. Perlahan, ia mulai berinvestasi dengan membeli sejumlah peralatan untuk membuat efek panggung. Bisnis efek panggung pun serius digelutinya sejak tahun 2007 di bawah bendera DZ Studio.Agung mengklaim, bisa menyediakan hampir seluruh efek panggung. Mulai dari kembang api, asap, salju, efek balon gelembung, layar, maupun pencahayaan. Menurutnya, permintaan jasa efek panggung semakin marak beberapa tahun terakhir ini. Lingkup kegiatannya pun semakin luas, dari efek acara gathering perusahaan, launching produk di mal-mal, outbond indoor dan outdoor, hingga pernikahan.Bapak dua anak ini pernah membuat efek unik di acara pernikahan. Ketika mempelai pria mengajak mempelai wanita berdansa di sebuah lingkaran, tiba-tiba muncul kembang api dan sejumlah efek yang sudah disiapkan. "Efek memang penting untuk membuat suasana lebih dramatis atau sesuai dengan konsep acara," tutur Agung.Kini, nama DZ Studio sudah dikenal di Bali, Lombok, NTB, dan sekitarnya. Kebanyakan kliennya berasal dari warga negara asing (WNA). "Hampir 90% klien saya adalah WNA, seperti dari Amerika, Australia, Eropa," klaimnya. Agung mematok tarif mulai dari Rp 300.000 untuk efek standar atau satu efek. Sementara, jika menggabungkan banyak efek dan kompleks, tarifnya mencapai Rp 20 juta per acara.Dalam sebulan, DZ Studio bisa melayani puluhan hingga seratus acara. Tak heran, omzetnya per bulan bisa mencapai Rp 100 juta.Namun bukan tanpa tantangan. Kata Agung, tantangan bisnis ini terkait dengan medan dan cuaca. Yang terkait medan, selama ini, banyak acara yang diadakan di tebing, pinggir sungai, hingga tengah laut. Jika acara membutuhkan kembang api di tebing tinggi, tantangannya adalah harus turun dan mencari pantai terdekat untuk posisi peluncuran kembang api.Terkait dengan cuaca, Agung bilang, kerap kali ia harus memutar otak jika efek panggung dilakukan di outdoor. Misalnya menghadapi hujan. Tantangan lain adalah menciptakan efek-efek yang baru. Makanya, ia rajin ikut pameran dan belajar dari internet. Bahkan, ia bergabung dengan komunitas pembuat efek di Bali.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Dari hobi, kini sukses jadi penata efek panggung
Banyak orang yang berhasil mengembangkan hobinya menjadi sumber penghasilan utama. Seperti halnya Agung Mangempis, pemilik DZ Studio. Berawal dari hobi membuat efek panggung semasa kuliah, kini lulusan Fakultas Hukum Universitas Udayana ini, menjadi salah satu penyedia jasa efek panggung ternama di Bali.Meski tidak mengambil jurusan seni, namun bakat dan kegemarannya menata panggung terasah sejak kuliah. Ia dipercaya sebagai ketua bidang kesenian. Makanya, setiap pagelaran seni di kampus, Agung kerap terjun langsung mengurusi berbagai keperluan acara, mulai dari tata panggung hingga pembuatan efek panggung. "Saya semakin terbiasa membuat efek panggung," cerita pria kelahiran Bandung 37 tahun silam ini. Alhasil, setelah lulus kuliah pada tahun 2002, ia mendirikan usaha yang bergerak di bidang event management. Dengan mengusung nama PT Wika Bali International, ia mulai belajar mencari klien. Selama menjalankan usaha itu, banyak pula permintaan pembuatan efek panggung yang masuk.Ia pun tak menyia-nyiakan kesempatan. Perlahan, ia mulai berinvestasi dengan membeli sejumlah peralatan untuk membuat efek panggung. Bisnis efek panggung pun serius digelutinya sejak tahun 2007 di bawah bendera DZ Studio.Agung mengklaim, bisa menyediakan hampir seluruh efek panggung. Mulai dari kembang api, asap, salju, efek balon gelembung, layar, maupun pencahayaan. Menurutnya, permintaan jasa efek panggung semakin marak beberapa tahun terakhir ini. Lingkup kegiatannya pun semakin luas, dari efek acara gathering perusahaan, launching produk di mal-mal, outbond indoor dan outdoor, hingga pernikahan.Bapak dua anak ini pernah membuat efek unik di acara pernikahan. Ketika mempelai pria mengajak mempelai wanita berdansa di sebuah lingkaran, tiba-tiba muncul kembang api dan sejumlah efek yang sudah disiapkan. "Efek memang penting untuk membuat suasana lebih dramatis atau sesuai dengan konsep acara," tutur Agung.Kini, nama DZ Studio sudah dikenal di Bali, Lombok, NTB, dan sekitarnya. Kebanyakan kliennya berasal dari warga negara asing (WNA). "Hampir 90% klien saya adalah WNA, seperti dari Amerika, Australia, Eropa," klaimnya. Agung mematok tarif mulai dari Rp 300.000 untuk efek standar atau satu efek. Sementara, jika menggabungkan banyak efek dan kompleks, tarifnya mencapai Rp 20 juta per acara.Dalam sebulan, DZ Studio bisa melayani puluhan hingga seratus acara. Tak heran, omzetnya per bulan bisa mencapai Rp 100 juta.Namun bukan tanpa tantangan. Kata Agung, tantangan bisnis ini terkait dengan medan dan cuaca. Yang terkait medan, selama ini, banyak acara yang diadakan di tebing, pinggir sungai, hingga tengah laut. Jika acara membutuhkan kembang api di tebing tinggi, tantangannya adalah harus turun dan mencari pantai terdekat untuk posisi peluncuran kembang api.Terkait dengan cuaca, Agung bilang, kerap kali ia harus memutar otak jika efek panggung dilakukan di outdoor. Misalnya menghadapi hujan. Tantangan lain adalah menciptakan efek-efek yang baru. Makanya, ia rajin ikut pameran dan belajar dari internet. Bahkan, ia bergabung dengan komunitas pembuat efek di Bali.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News