Dari Lokal, BTEL Merambah Pasar Nasional dan Internasional



JAKARTA. Berawal dari operator telepon genggam yang pasarnya hanya ada di Jakarta dan sekitarnya, PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) terus menggelar ekspansi. Bahkan kini, Bakrie Telecom sudah mulai merambah pasar nasional dan internasional. Akhir 2007 lalu, perusahaan yang memiliki merek Esia ini memenangkan tender SLI. Dengan kemenangan itu, emiten berkode saham BTEL ini, tengah menggarap pemasangan kabel laut dari Batam ke Singapura dengan total panjang 70 kilometer. SLI tersebut diharapkan beroperasi akhir 2008.

Selain itu, anak usaha PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) ini juga mengincar tender Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ). "Ini untuk melengkapi SLI yang kami miliki," kata Direktur Corporate Service Rakhmat Junaidi. Tender ini diperkirakan akan berlangsung pada akhir tahun 2008.

Untuk semua rencana hingga tahun 2010 nanti, Bakrie Telecom sudah mempersiapkan belanja modal hingga mencapai US$ 600 juta, termasuk di dalamnya untuk SLI dan SLJJ. Sekitar 50% dari belanja modal ini dipenuhi dari dana hasil right issue yang dilakukan pada akhir kuartal I 2008. Sedangkan 25%-nya berasal dari vendor financing, dan 25% sisanya dari dana internal BTEL.


Selain mengincar tender, BTEL juga sudah merambah pasar nasional dengan target ekspansi hingga 57 kota tahun ini. Program yang sudah dipasang sejak tahun lalu ini membuat jumlah pelanggan BTEL makin bengkak. Hingga semester satu 2008 lalu jumlah pelanggan BTEL sudah mencapai 5,4 juta pelanggan. Jumlah pelanggan ini naik 42,11% dari akhir tahun 2007 lalu sebesar 3,8 juta pelanggan.

"Tahun ini merupakan Lebaran pertama buat kami sejak masuk pasar nasional," kata Rakhmat. Untuk itu, lanjut Rakhmat, dalam menyambut Lebaran kali ini, BTEL sudah mengantisipasi lonjakan lalu lintas percakapan dan SMS. BTEL bilang sudah menambah kapasitas layanan hingga lebih dari tiga kali lipat hari biasa.

Bicara mengenai lisensi, BTEL sudah mengantongi izin untuk beroperasi secara nasional sejak 12 Desember 2006 lalu. Setelah mendapat lisensi nasional, BTEL mulai memperluas jangkauan ini pada kuartal ketiga 2007 lalu dengan ekspansi ke 17 kota.

Kinerja BTEL semakin mengkilap

Perluasan jaringan dan pertumbuhan pelanggan membuat kinerja perusahaan yang berdiri 13 Agustus 1993 ini makin mengkilap. Sepanjang semester satu lalu, Bakrie Telecom mencetak pertumbuhan pendapatan usaha hingga 90% menjadi Rp 1,24 triliun dari Rp 650,07 miliar pada periode sama tahun sebelumnya. Laba bersihnya naik 59,5% dari Rp 39,09 miliar semester satu 2007 lalu menjadi Rp 62,35 miliar sepanjang enam bulan pertama tahun ini.

Selain itu, sepanjang semester satu lalu BTEL sudah membangun 670 Base Transceiver Station (BTS) baru. Jadi, hingga Juni 2008 total BTS yang dimiliki BTEL sebesar 1.770 BTS di seluruh Indonesia. Sepanjang tahun ini, BTEL menargetkan penambahan BTS bisa mencapai 1.000 unit.

Bakrie Telecom juga termasuk operator yang inovatif. Terakhir, BTEL meluncurkan program SMS dengan biaya Rp 1 per karakter pada Mei 2008 lalu. Program ini berlaku untuk pengiriman SMS ke operator mana pun.

Catatan saja, Bakrie Telecom dulu bernama PT Radio Telepon Indonesia (Ratelindo), berdiri tahun 1993. Tahun 1994, Ratelindo merupakan pionir di jasa telekomunikasi fixed-wireless di Indonesia. Tahun 2003, Ratelindo berganti nama menjadi PT Bakrie Telecom.

Selama tiga tahun memulai operasinya, BTEL masih saja membukukan kerugian. Baru setelah mencatatkan diri di bursa pada  2006, BTEL mulai mencetak laba. Waktu itu, BTEL berhasil mencetak pendapatan Rp 608 miliar dengan laba bersih Rp 73 miliar. Tahun 2005, pendapatan dan rugi bersih BTEL masing-masing sebesar Rp 244 miliar dan Rp 144 miliar.

PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) menggelar penawaran saham perdana pada Februari 2006 dengan melepas 5,5 miliar saham atau sebesar 29,9% modal disetor perusahaan dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Saham ini dijual dengan harga Rp 110 per saham.

Dari hajatan itu, BTEL mendapatkan dana sebesar Rp 605 miliar. Dana ini dipakai untuk penambahan BTS, pengembangan Mobile Switching Centre, Base Stations Controller serta pengembangan peralatan penunjang sarana telekomunikasi lain.

BTEL mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia tanggal 3 Februari 2006. Pada perdagangan hari pertamanya, harga saham BTEL melonjak hingga 36,36% dan ditutup di harga Rp 150 per saham. Pada pembukaan perdagangan hari pertama tersebut, total kapitalisasi pasar saham BTEL sebesar Rp 2,07 triliun. Total saham yang dicatatkan waktu itu sebesar 18,78 miliar saham.

Saat ini, harga saham BTEL mencapai Rp 230 per saham. Dengan total saham sebesar 28,48 miliar saham, total kapitalisasi pasar saham BTEL sebesar Rp 6,55 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie