Memiliki bakat dalam bidang seni membawa Muhammad Assiry Jasiri menjadi pengusaha ukir kayu kaligrafi. Sejak kecil bakatnya ini ditempa di pesantren di Kudus. Kini, jasanya banyak dicari untuk interior masjid dan properti lainnya. Tidak semua orang mempunyai bakat dalam bidang seni seperti yang dimiliki Muhammad Assiry Jasiri, asal Kudus, Jawa Tengah ini. Sejak kecil sudah terlihat kegemarannya dalam bidang seni gambar terutama kaligrafi. Bakatnya ini kian terasah dalam pelajaran ekstra kaligrafi yang diselenggarakan di pesantren tempatnya menuntut ilmu. Sejumlah guru pembimbingnya adalah orang-orang yang pernah menjuarai lomba kaligrafi nasional tahun 1985 dan tahun 1994, yakni Nur Aufa Siddiq dan Nur Syukron. Selama menuntut ilmu di Pesantren Kudus, Assiry sempat meraih juara pertama lomba kaligrafi tingkat Provinsi Jawa Tengah di tahun 1999 ketika dia masih berusia 21 tahun. Di tempat ini dia juga banyak belajar tentang seni ornamen Timur Tengah.
Dari pesantren, Assiry mengail rezeki di masjid
Memiliki bakat dalam bidang seni membawa Muhammad Assiry Jasiri menjadi pengusaha ukir kayu kaligrafi. Sejak kecil bakatnya ini ditempa di pesantren di Kudus. Kini, jasanya banyak dicari untuk interior masjid dan properti lainnya. Tidak semua orang mempunyai bakat dalam bidang seni seperti yang dimiliki Muhammad Assiry Jasiri, asal Kudus, Jawa Tengah ini. Sejak kecil sudah terlihat kegemarannya dalam bidang seni gambar terutama kaligrafi. Bakatnya ini kian terasah dalam pelajaran ekstra kaligrafi yang diselenggarakan di pesantren tempatnya menuntut ilmu. Sejumlah guru pembimbingnya adalah orang-orang yang pernah menjuarai lomba kaligrafi nasional tahun 1985 dan tahun 1994, yakni Nur Aufa Siddiq dan Nur Syukron. Selama menuntut ilmu di Pesantren Kudus, Assiry sempat meraih juara pertama lomba kaligrafi tingkat Provinsi Jawa Tengah di tahun 1999 ketika dia masih berusia 21 tahun. Di tempat ini dia juga banyak belajar tentang seni ornamen Timur Tengah.