KONTAN.CO.ID - Bagi milenials, khususnya kaum hawa, nama Lizzie Parra pasti sudah tak asing lagi. Selama delapan tahun berkecimpung di dunia kecantikan, perempuan bernama lengkap Elizabeth Christina Parameswari ini akhirnya memberanikan diri mengeluarkan produk kecantikannya sendiri, dengan
brand By Lizzie Parra (BLP). Baru enam bulan meluncurkan koleksi pertama, modalnya sudah kembali. "Sebenarnya mimpi saya punya
brand sendiri sudah ada sejak lima tahun lalu. Hanya, waktu itu, saya agak kurang percaya diri, punya modal nggak ya, bisa nggak ya jalaninnya," ungkap Lizzie saat ditemui di sebuah acara di kawasan Bintaro beberapa waktu lalu. Berbekal pengalaman berkecimpung di dunia kecantikan, perempuan kelahiran 1987 ini pun meluncurkan BLP pada Juni 2016. Pertama kali diluncurkan, BLP mengeluarkan produk
lip coat dengan delapan warna.
Sejak meluncur pertama kali, produk
lip coat milik BLP selalu ludes terjual setiap harinya. Dan hal tersebut terjadi selama sebulan berturut-turut. Lip coat BLP dijual lewat online dengan rentang harga Rp 129.000 per buah. "Saya juga nggak nyangka kalau responnya bakal seantusias itu. Sebulan penjualan selalu habis, sampai website BLP down," ujar Lizzie. Belajar dari pengalaman tersebut, ia pun merekrut orang-orang yang ahli dibidangnya, mulai dari tenaga marketing hingga jagoan teknologi. Perempuan berkulit putih ini juga menggandeng perusahaan
e-commerce seperti Tokopedia sebagai wadah untuk menjual produknya secara lebih luas. Berawal dari produk pemulas bibir, kini BLP telah memiliki 32 produk kosmetik berbeda, mulai dari
lip coat, face powder, bundle set eye brow, eyeliner, brow definer,brow powder,eyeshadow pen dan
eye lashes. Harganya sekitar Rp 109.000 Rp 139.000 per buah. BLP juga menyediakan satu set produk yang dibanderol mulai Rp 200.000 Rp 450.000 per set. "Kapaistas produksi BLP sekarang sekitar 10.000 - 25.000 buah per warna dan per produk. Yang paling
best seller lip coat dan
face powder," tutur Lizzie. Tinggalkan zona nyaman demi bangun bisnis sendiri Sebelum memutuskan terjun berbisnis kecantikan, Elizabeth Christina Parameswari mengawali langkahnya sebagai Product Executive Yves Saint Laurent pada L'Oreal Indonesia. Ia rela meninggalkan zona nyaman demi bangun bisnisnya. Usai keluar dari pekerjaannya, Christina Parameswari alias Lizzie Parra menekuni profesi sebagai
make up artist (MUA) profesional. Ia belajar secara otodidak teknik merias wajah dan penggunaan berbagai
brand make up. Saat memulai karirnya, ia mem
-branding dirinya dengan sebutan Lizzie Parra. Karena saat itu belum ada Instagram, Lizzie pun banyak berpromosi dari mulut ke mulut saja. Tiga bulan pertama setelah resign adalah permulaan yang cukup berat bagi Lizzie. Karena tak lagi mendapat gaji tetap, ia bergerilya menyebar jejaring. Mulai dengan menjadi MUA dari majalah ke majalah, dari yang namanya hanya diletakkan pada lipatan majalah sampai bisa di bawah fotografer. Lalu secara perlahan, perempuan berzodiak aquarius ini pun mulai mendapat tawaran
make up untuk pengantin. Bahkan, saat pertama kali merias pengantin, Lizzie juga dipandang remeh oleh perias lainnya. Apalagi, secara fisik, tak sedikit orang yang meremehkannya. Nama Lizzie Parra makin melambung setelah ia meluncurkan blog dan menjadi seorang
beauty blogger. Tak lama kemudian, ia pun meluncurkan
channel di akun Youtube miliknya dan menjadi seorang
beauty vlogger. Kedua media tersebut digunakan Lizzie untuk memberi tips soal
make up sekaligus me
-review sejumlah
brand make up dan produk kecantikan. “Awalnya, saya bikin
blog untuk portofolio saja. Jadi isinya cuma foto-foto dengan majalah dan artis mana saja yang pernah kerjasama dengan saya. Lalu, karena banyak orang yang sering bertanya tentang
brand make up yang bagus, akhirnya saya mulai tulis
review," tuturnya. Dengan bekal yang cukup banyak dari pekerjaannya sebagai MUA sekaligus
influencer kecantikan, Lizzie memberanikan diri membuat produk kosmetik sendiri. Ia mengaku, saat meluncurkan produk pertama By Lizzie Parra (BLP), butuh modal ratusan juta rupiah. "Modalnya lumayan ya, tapi yang jelas kurang dari Rp 500 juta," ungkapnya. Modal tersebut digunakannya untuk uji coba formula, menentukan kemasan sekaligus mempersiapkan beberapa karyawan awal BLP. Dan sejak Februari 2018 lalu, BLP telah membuka toko
offline pertamanya di Lotte Shopping Avenue, Jakarta Selatan. Izin produk berbelit-belit, butuh waktu lama Mengawali perjalanan bisnisnya sebagai seorang
make up artist (MUA) profesional dan
beauty influencer, membuat Elizabeth Christina Parameswari belajar banyak soal kelebihan dan kekurangan sejumlah
brand make up. Perempuan yang akrab disapa Lizzie Parra ini juga jadi paham akan formula kosmetik yang pas untuk wajah dan warna-warna yang disukai para pencinta make up. Namun, Lizzie harus melalui enam hingga tujuh kali
trial and error sampai mendapatkan formula yang pas untuk satu warna
lip coat. Begitu juga untuk produk yang lain. Tak terhitung lagi wadah sampel lipstik yang terbuang untuk ratusan percobaan. Sama seperti pebisnis kecantikan pada umumnya yang menggunakan sistem maklon, perempuan 31 tahun ini bekerjasama dengan beberapa pabrik untuk membuat seluruh produk By Lizzie Parra (BLP). Selain di Indonesia, pabrik kosmetik itu ada di Shanghai dan Jerman. “Harus kita akui kalau teknologi di Indonesia belum bisa
support industri kecantikan. Bahan baku juga sebagian besar masih banyak yang impor," tuturnya.
Meski lokasi pusat produksi jauh, Lizzie tetap melakukan kontrol ketat. Biasanya, sebelum meluncurkan sebuah produk, ia meminta random
sampling product dari pabrik tersebut. Ia tak menampik jika beberapa kali ada produk yang cacat atau tidak lolos
quality control. Selain kendala bahan baku dan pusat produksi yang jauh, Lizzie masih terkendala oleh perizinan dan birokrasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang berbelit-belit. Waktu untuk mengurus perizinan pun semakin lama. "Saya urus perizinan untuk satu produk saja, sejak Februari 2018 sampai sekarang belum keluar. Nggak jelas apa yang kurang, padahal semua persyaratan sudah saya penuhi. Ini salah satu kendala yang menghambat industri kosmetik Indonesia buat berkembang," ungkapnya. Soal rencana kedepan, perempuan berpipi chubby ini sudah menyusun banyak rencana n untuk BLP. Beberapa diantaranya adalah mendirikan gerai offline BLP yang kedua di Bandung dan meluncurkan beberapa produk baru. "Dalam waktu dekat, kami bakal buka gerai di Bandung. Dan tiap tahun, konsisten meluncurkan 5 produk baru," pungkasnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Johana K.