Darmin: Masalah garam jadi pelajaran berharga



PEKANBARU. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution, mengatakan masalah kelangkaan dan melonjaknya harga garam akan menjadi pelajaran berharga bagi Pemerintah Indonesia untuk membenahi sektor hulu industri tersebut.

"Tentu ini pelajaran yang sangat berharga, karena tidak elok lah garam saja kita tidak bisa menghasilkannya. Itu berarti kita harus turun ke petaninya," kata Darmin Nasution disela pembukaan Seminar Nasional Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), di Kota Pekanbaru, Riau, Senin (31/7).

Ia mengatakan pemerintah perlu memperhatikan bagaimana meningkatkan produktivitas garam, mulai dari peningkatan infrastruktur dan pergudangan hingga tingkat petani.


"Kalau untuk bekerja, mereka (petani) pasti bisa. Tapi gudangnya bagaimana, itu yang harus diperhatikan," ucapnya.

Mengenai keputusan pemerintah mengimpor garam, Darmin mengatakan kondisi sekarang sudah terlalu sulit untuk dibenahi dengan cepat untuk mengatasi masalah garam.

"Ada ketidakselarasan sedikit tapi sudah selesai. Apa boleh buat, kita harus impor garam karena situasi ini sudah terlanjur sulit. Bukan hanya garam untuk konsumsi kurang, (tapi) harga sudah terlalu tinggi," katanya.

Ia menambahkan, pihaknya belum mengetahui dengan persis dari negara mana kita akan mengimpor garam. "Kalau impor dari mana saya tidak tahu persisnya, tapi negara sekitar yang penghasil garam adalah Australia," kata Darmin Nasution.

Kelangkaan garam terjadi dalam beberapa waktu terakhir ini salah satunya disebabkan faktor cuaca yang menyebabkan adanya anomali cuaca yang menjalar keseluruh belahan dunia. Hal ini membuat beberapa negara juga mengalami kenaikan harga garam karena pasokan menurun.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menyatakan telah keluarkan izin impor garam industri dari Australia untuk atasi kelangkaan. Sementara itu, PT Garam (Persero) menyatakan juga akan mengimpor garam dari Australia. Pasokan garam impor akan mulai masuk Indonesia pada awal Agustus 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia