Darmin: Model bisnis 7-eleven tidak cocok di sini



JAKARTA. Gulung tikarnya bisnis 7-eleven pada akhir Juni 2017 menjadi salah satu sorotan dunia bisnis di Tanah Air. Kebangkrutan perusahaan convenience stores yang dikelola PT Modern Internasional Tbk melalui anak usahanya, PT Modern Sevel Indonesia dinilai bukan karena memburuknya perekonomian di Indonesia.

Menteri Koordinator Perekonomian, Darmin Nasution menilai kebangkrutan 7-eleven bukan merupakan imbas lesunyanya daya beli masyarakat ataupun dampak dilarangnya perdangangan minuman beralkohol di minimarket. Menurutnya kebangkutan ritel asal Amerika Serikat itu karena faktor tidak cocoknya bisnis model 7-eleven di Indonesia.

Bisnis model 7-eleven yang mengandalkan net profit dari pembelian membuat selisih harga 7-eleven lebih besar ketimbang ritel lain. Hal yang berbeda diterapkan peritel lain sehingga 7-eleven menurut Darmin sudah lama diperkirakan tidak bisa bersaing di tanah air.


"Ini masalah bisnis model sehingga bisnis model seperti itu kurang tepat untuk saat ini menurut saya,"kata Darmin di Kantor Kemenko Perekonomian, Senin (3/7).

Darmin bilang, ditutupnya seluruh gerai 7-eleven menjadi bahan yang tengah dikaji pemerintah pusat saat ini sehingga kejadian yang serupa tidak akan terulang kembali.

Tak hanya itu, Peraturan Presiden (Perpres) yang tengah disusun pemerintah, Darmin berharap bisa memberikan peluang yang lebih besar bagi Usaha Kecil Menengah (UKM) dengan tidak mengkerdilkan peritel modern.

"Kita bikin aturan pemerataan ekonomi bukan untuk menghambat perkembangan minimarket tapi usaha kecil menengah juga bisa berjalan," pungkasnya.

Diketahui saja, sebelumnya PT Modern Internasional Tbk selaku perusahaan pengelola 7-eleven di Indonesia memutuskan menutup seluruh gerai 7-eleven yang berjumlah 166 gerai pada 30 Juni 2017.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia