Darmin pimpin delegasi kunjungan ke Iran



JAKARTA. Pemerintah melakukan kunjungan kerja ke Teheran, Iran, 26 hingga 28 Februari mendatang. Kunjungan ini merupakan instruksi Presiden Joko Widodo untuk menindaklanjuti hasil-hasil kunjungan kenegaraan Presiden ke Teheran pertengahan Desember 2016 lalu.

Dalam kunjungan kerja ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution memimpin delegasi. Kedua negara sepakat untuk mempererat kembali hubungan ekonomi bilateral karena sempat mengalami kemunduran dan stagnasi selama pengenaan sanksi ekonomi atas isu nuklir oleh Barat kepada Iran.

Indonesia mengapresiasi dan memandang pelonggaran sanksi ekonomi melalui kesepakatan Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) antara Iran dengan negara P5+1 (Amerika Serikat, China, Rusia, Perancis, Inggris dan Jerman) merupakan momentum yang baik untuk mendorong kembali hubungan kerja sama antara kedua negara sekaligus menggali potensi kerja sama baru di masa depan.


Darmin dan delegasi melakukan courtesy call dengan Presiden Republik Islam Iran, YM Hassan Rouhani dan Wakil Presiden Bidang Ilmu Pengetahuan, YM Sorena Sattari. Tak hanya itu, delegasi juga melakukan pertemuan bilateral dengan Gubernur Bank Sentral Iran, Menteri Perminyakan, dan Menteri Informasi dan Teknologi Komunikasi.

Pertemuan-pertemuan tersebut membahas berbagai isu strategis yang meliputi bidang kerja sama energi, perdagangan, investasi, keuangan, perbankan, ilmu pengetahuan, teknologi, pertanian, pariwisata dan mendorong peran aktif dari kerja sama dunia usaha dari kedua negara.

"Saya telah bertemu dengan Presiden Hassan Rouhani dan menyampaikan surat dari Presiden Joko Widodo guna mempererat hubungan ekonomi Indonesia dan Iran," kata Darmin dalam keterangan resmi yang dirilis Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Minggu (26/2).

Salah satu tujuan utama dalam kunjungan kerja ini adalah penyampaian proposal pengelolaan ladang minyak pada dua ladang minyak di Ab Teymour dan Mansouri, Provinsi Bangestan, Selatan Iran oleh Pertamina kepada National Iranian Oil Company (NIOC). Berdasarkan hasil studi Pertamina, secara umum potensi cadangan pada masing-masing ladang minyak mencapai lebih dari 1,5 miliar barel dengan potensi produksi yang dapat ditingkatkan hingga lebih dari 200.000 barerl per hari per ladang minyak.

Selain itu, pemerintah juga menjajaki rencana pembelian LNG dengan harga yang kompetitif untuk pemenuhan kebutuhan domestik khususnya untuk pembangkit listrik, kawasan industri (petrokimia dan pupuk), dan kawasan ekonomi khusus. Pihak Indonesia juga mengundang investor Iran untuk berinvestasi pada pembangunan kilang minyak di Indonesia.

Dibahas pula mengenai kerjasama sektor keuangan dan perbankan dalam rangka mewujudkan transaksi keuangan yang semakin aman, cepat dan mudah antar kedua negara pasca pelonggaran sanksi ekonomi.

Dalam kunjungan ini juga ditandatangi nota kesepahaman antara Bank Indonesia (BI) dan Bank Sentral Iran terkait kebanksentralan (moneter, makroprudensial dan sistem pembayaran) melalui pembentukan policy dialogue, pertukaran informasi serta capacity building.

Pada sektor perdagangan dan investasi, kedua pihak juga mendorong penyelesaian pembahasan preferential trade agreement (PTA). Hal tersebut bertujuan untuk mengeliminasi hambatan tarif produk kedua negara untuk meningkatkan daya saing produk di antara kedua negara serta mewujudkan perdagangan yang berimbang dan berkelanjutan.

"Tadi kami juga menekankan pentingnya penyelesaian PTA antara Indonesia dan Iran pada bulan Juni 2017. Ini penting agar daya saing produk unggulan Indonesia seperti, CPO, kopi, karet, tekstil dan kertas bisa ditingkatkan. Kami juga ingin menjadikan Iran tidak hanya sebagai pasar namun juga hub di kawasan Asia Tengah dan Timur Tengah," tambah Darmin.

Sektor lainnya yang turut dibahas selama kunjungan kerja ini adalah kerja sama ilmu pengetahuan dan teknologi, industri strategis dan pariwisata. Khusus pada bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, kedua negara sepakat untuk memberikan perhatian pada kerja sama teknologi nano, biotechnology dan pengembangan science technopark.

Sedangkan pada industri strategis, kedua negara akan mendorong penguatan kerja sama pada bidang perawatan mesin pesawat terbang, research & development dan pengembangan helikopter dan pesawat tanpa awak (drone) untuk kebutuhan sipil.

Di samping pertemuan di antara para pejabat tinggi pemerintah kedua negara, juga dilakukan pertemuan-pertemuan bisnis antara para pelaku usaha dari Indonesia dan Iran seperti Pertamina, Pupuk Indonesia, Bank Mandiri, BNI, BRI dan lain-lain. Hal ini menunjukkan keseriusan dari dunia usaha untuk terus mengembangkan bisnis di Iran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie