Darurat Keamanan di Ekuador, Dipicu Kaburnya Napi Paling Berbahaya dari Penjara



KONTAN.CO.ID - Presiden Ekuador, Daniel Noboa, pada hari Senin (8/1) mengumumkan keadaan darurat selama 60 hari pasca hilangnya seorang narapidana paling dicari di negara itu dari penjara.

Pada hari Senin, terjadi insiden kekerasan di enam penjara di Ekuador yang dipicu oleh bentrokan antar geng di dalamnya. 

Sehari sebelumnya, Adolfo Macias, pemimpin geng kriminal Los Choneros, menghilang dari penjara tempat dia menjalani hukuman 34 tahun.


"Saya baru saja menandatangani keputusan keadaan darurat sehingga angkatan bersenjata mendapat semua dukungan politik dan hukum atas tindakan mereka. Waktunya telah habis ketika para narapidana penyelundup narkoba, pembunuh bayaran, dan kejahatan terorganisir mendikte pemerintah tentang apa yang harus dilakukan," kata Noboa, dikutip Reuters.

Baca Juga: Prajurit Angkatan Laut AS Jual Rahasia Militer ke Tiongkok Seharga US$15.000

Noboa mengatakan, ada konflik bersenjata internal di Ekuador dan mengidentifikasi beberapa geng kriminal sebagai kelompok teroris, termasuk Los Choneros.

Melalui keputusan itu, pasukan militer Ekuador kini mulai diterjunkan ke jalan-jalan dan penjara. Jam malam nasional juga ditetapkan untuk mengendalikan mobilisasi warga.

Darurat keamanan nasional akibat kerusuhan di penjara memang sering terjadi di Ekuador. Saat terpilih menjadi presiden pada bulan November lalu, Noboa menjadikan pengendalian keamanan di penjara sebagai salah satu fokus program kerjanya.

Baca Juga: World Food Programme: Semua Orang di Gaza Kelaparan

Kelompok Bersenjata Menyerbu Siaran Langsung Televisi

Di tengah darurat keamanan, sekelompok orang bersenjata pada hari Selasa (9/1) menyerbu studio televisi nasional yang sedang melakukan siaran langsung. Suara tembakan dan teriakan terdengar di siaran langsung.

Kanal televisi yang menjadi target adalah TC, kanal yang mengudara secara nasional berbagi situs dengan lembaga penyiaran publik lainnya, Gamavision.

Baca Juga: Kebakaran Kamp Pengungsi Rohingya di Bangladesh, 7.000 Orang Telantar

"Kami sedang rapat dan mereka memberi tahu kami dan kami bisa bersembunyi. Para penyerang menyerang staf dan meninggalkan dinamit," kata Koordinator berita dan reporter TC, Leonardo Flores Moreno.

Orang-orang tersebut masuk begitu saja dalam siaran langsung sambil mengenakan balaclava dan sebagian besar berpakaian hitam. Beberapa dari mereka terlihat mengacungkan senjata dan menghampiri staf yang berkerumun sebelum siaran dimatikan.

Pihak kepolisian mengatakan, mereka telah menangkap 13 orang pelaku penyerbuan. Insiden tersebut terjadi setelah penculikan sedikitnya tujuh petugas polisi dan serangkaian ledakan di berbagai wilayah Ekuador selama keadaan darurat diberlakukan.