JAKARTA. Kontraksi manufaktur China semakin menggerus permintaan nikel. Meski harga nikel sempat rebound, namun tren bearish masih menyelimuti harga nikel hingga akhir tahun ini. Sebab, pasar komoditas masih dibayang-bayangi rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat. Mengutip Bloomberg Rabu (23/9) pukul 14.20 WIB, harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) naik 0,62% menjadi US$ 9.675 per metrik ton. Meski demikian, sepanjang bulan ini, harganya masih turun 3,08%. Andri Hardianto, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures menjelaskan, ada beberapa faktor yang menggerus harga nikel. Pertama, indeks manufaktur China (Caixin Flash Manufacturing PMI) September 2015 di level 47. Hasil ini lebih rendah ketimbang bulan sebelumnya yaitu 47,3. Indeks di bawah level 50 mengindikasikan sektor industri terkontraksi.
Data China bikin harga nikel meleleh
JAKARTA. Kontraksi manufaktur China semakin menggerus permintaan nikel. Meski harga nikel sempat rebound, namun tren bearish masih menyelimuti harga nikel hingga akhir tahun ini. Sebab, pasar komoditas masih dibayang-bayangi rencana kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat. Mengutip Bloomberg Rabu (23/9) pukul 14.20 WIB, harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) naik 0,62% menjadi US$ 9.675 per metrik ton. Meski demikian, sepanjang bulan ini, harganya masih turun 3,08%. Andri Hardianto, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures menjelaskan, ada beberapa faktor yang menggerus harga nikel. Pertama, indeks manufaktur China (Caixin Flash Manufacturing PMI) September 2015 di level 47. Hasil ini lebih rendah ketimbang bulan sebelumnya yaitu 47,3. Indeks di bawah level 50 mengindikasikan sektor industri terkontraksi.