Data ekonomi AS hadang laju poundsterling



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Defisit neraca perdagangan Amerika Serikat (AS) yang membaik, mengubur laju penguatan poundsterling di tengah perkembangan pembahasan Brexit

Mengutip Bloomberg, Selasa (7/1) pukul 22.00 WIB, pasangan GBP/USD melemah 0,36% ke level 1,3123. Kompak, pairing GBP/JPY juga naik 0,32% ke level 142,2720. Segendang sepenarian, EUR/GBP turut menanjak 0,05% ke 0,8507. 

Analis PT Solid Gold Berjangka Sunarti mengatakan, di awal perdagangan poundsterling sempat menguat terhadap mata uang utama lainnya karena Parlemen Inggris kembali melanjutkan pembahasan RUU Perjanjian Penarikan yang telah disepakati Perdana Menteri Boris Johnson dengan Brussels. 


Baca Juga: Iran: Donald Trump tunjukkan ke dunia siap untuk melakukan kejahatan perang

"Karena tidak ada rilis data ekonomi dari Inggris, maka investor lebih fokus ke perkembangan Brexit," kata di, Selasa (8/1). 

Namun, di malam hari, poundsterling berbalik melemah terhadap dolar AS karena rilis data defisit neraca perdagangan Negeri Paman Sam periode November 2019 membaik dari US$ 46,9 miliar di Oktober 2019 menjadi US$ 43,1 miliar. 

Selain itu data indeks industri non manufaktur AS bulan Desember pun melesat ke level 55. Bulan sebelumnya, indeks industri non manufaktur AS ini ada di level 53,9.

Selain itu, di akhir pekan ini AS juga akan merilis data non farm payroll yang pasar prediksi juga akan naik. "Hal ini akan memberikan apresiasi bagi kinerja dolar AS sehingga poundsterling berpotensi kembali tertekan," kata Sunarti. 

Baca Juga: Soleimani dimakamkan, Iran: Kematian bagi Amerika, semua pasukan AS adalah teroris

Sementara, Analis PT Monex Investindo Futures, Ahmad Yudiawan mengamati pergerakan pasangan mata uang EUR/GBP cenderung bergerak sideways

Meski, poundsterling memang sempat perkasa karena investor optimis pertemuan Johnson dengan Presiden Komisi Eropa Ursula Von der Leyen di London selama tiga hari ke depan akan berjalan lancar dan menghasilkan keputusan yang lebih baik. 

Namun, Yudiawan bilang, permasalahan geopolitik antara AS dan Iran sama-sama bisa memberi sentimen negatif ke poundsterling dan euro. Alhasil, Yudiawan memproyeksikan pergerakan EUR/GBP akan lanjut sideways. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari