BERLIN. Bertahun-tahun setelah Uni Eropa mengucurkan dana talangan bagi beberapa negara, krisis ekonomi zona euro masih terus berlanjut. Kabar buruk terus datang dari Jerman, negara dengan ekonomi terbesar zona euro. Paling baru, ekspor Jerman merosot pada bulan Agustus 2014. Penjualan ke luar negeri turun 5,8%. Data Federal Statistics Office menunjukkan, ekspor Jerman ke negara-negara Uni Eropa naik 2%. Sedangkan, ekspor ke luar Eropa turun 4,7%. Angka impor turun 1,3% dalam bulan yang sama. Penurunan ekspor yang lebih dalam ini menyebabkan surplus perdagangan Jerman menyempit 21,17% menjadi € 17,5 miliar ketimbang bulan Juli yang sebesar € 22,2 miliar.
Liburan musim panas menyebabkan penurunan ekspor dan data ekonomi lain Jerman. "Jerman perlu keajaiban pada bulan September untuk menghindari resesi di kuartal ketiga," kata Carsten Brzeski, ekonom ING. Dana Moneter Internasional (IMF) bahkan memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi Jerman dari 1,9% tahun ini menjadi 1,3%. IMF pun menggunting prediksi pertumbuhan ekonomi Jerman tahun depan dari 2% menjadi hanya 1,2%. IMF lagi-lagi mendorong Pemerintah Jerman untuk meningkatkan belanja modal dan investasi swasta. IMF menekankan bahwa masih ada ruang finansial bagi Jerman untuk bertindak. Ruang fiskal Selain tekanan dari luar, Kanselir Jerman Angela Merkel pun terkena tekanan dari dalam negeri untuk mendorong belanja. Negara tetangga seperti Prancis dan Italia yang merupakan negara dengan ekonomi terbesar kedua dan ketiga di zona euro pun meminta hal serupa. Sejauh ini, pemerintahan Merkel jelas-jelas menyatakan bahwa prioritas utama Jerman adalah mencatat surplus anggaran atau minimal tidak ada defisit untuk tahun depan. IMF menyebutkan, pekerjaan paling penting pemerintah soal kebijakan ekonomi saat ini adalah mendorong pertumbuhan dan menciptakan kondisi yang tepat untuk investasi. "Masih ada peluang untuk kebijakan fiskal yang konstruktif," sebut IMF. Kreditur internasional ini melihat peluang pada penurunan pajak dan kenaikan belanja publik.
Selama ini, Jerman menjadi negara dengan ekonomi yang masih kokoh dibandingkan dengan Prancis dan Italia. Ekonomi Prancis terancam gagal mencapai defisit sesuai kesepakatan Uni Eropa. Sedangkan, Italia menghadapi resesi ketiga sejak 2008. Presiden Prancis Francois Hollande mengatakan, Jerman harus melakukan sesuatu untuk mendukung permintaan. Ia pun menyebutkan, Uni Eropa harus menyediakan setidaknya € 20 miliar untuk menopang pengangguran dalam enam tahun. Merkel mengatakan, memang pihaknya perlu berinvestasi. "Tapi, kami perlu tahu di mana saja harus berinvestasi dan di mana saja bisa membuka lapangan pekerjaan," kata Merkel seperti dikutip Bloomberg, kemarin. Merkel menambahkan, Jerman perlu mengetahui lebih lanjut pekerjaan-pekerjaan apa saja yang bakal berkembang di masa mendatang. Di situlah pihaknya baru akan mengucurkan investasi.
Editor: Hendra Gunawan